TintaSiyasi.id—Sobat. Imam Nawawi, seorang ulama besar dalam Islam, menekankan pentingnya adab dan etika bagi seorang guru dalam mengajar. Dalam berbagai karyanya, seperti Al-Majmu' dan Tahrir al-Tanqih, beliau menguraikan prinsip-prinsip moral dan akhlak yang harus dimiliki seorang pendidik.
Berikut adalah beberapa etika guru dalam mengajar menurut Imam Nawawi:
1. Ikhlas dalam Mengajar
• Seorang guru harus mengajar dengan niat yang tulus karena Allah, bukan untuk mencari pujian, popularitas, atau keuntungan duniawi.
• Ilmu yang diajarkan harus menjadi jalan mendekatkan diri kepada Allah dan memperbaiki umat.
2. Mengajarkan Ilmu yang Bermanfaat
• Seorang guru wajib menyampaikan ilmu yang benar dan tidak menyembunyikan ilmu yang dibutuhkan oleh murid-muridnya.
• Tidak boleh mengajarkan ilmu yang menyesatkan atau digunakan untuk tujuan yang salah.
3. Bersikap Lemah Lembut dan Sabar
• Guru harus memiliki kesabaran dalam membimbing murid, terutama ketika menghadapi murid yang sulit memahami pelajaran.
• Tidak boleh bersikap kasar, menghina, atau merendahkan murid.
4. Memberikan Teladan yang Baik
• Imam Nawawi menekankan bahwa seorang guru harus menjadi teladan dalam akhlak dan amal perbuatannya.
• Perkataannya harus sesuai dengan perbuatannya agar ilmunya lebih mudah diterima oleh murid.
5. Adil dan Tidak Pilih Kasih
• Seorang guru tidak boleh membeda-bedakan murid berdasarkan latar belakang, status sosial, atau kekayaan.
• Semua murid harus diperlakukan dengan adil dan penuh kasih sayang.
6. Rendah Hati dan Tidak Sombong
• Seorang guru tidak boleh merasa lebih tinggi dari muridnya, karena ilmu adalah anugerah dari Allah.
• Ia harus selalu membuka diri untuk terus belajar dan menerima kebenaran, meskipun berasal dari muridnya.
7. Mendoakan Kebaikan bagi Murid
• Imam Nawawi menyarankan agar seorang guru mendoakan murid-muridnya, baik ketika mereka masih belajar maupun setelah selesai.
• Ini adalah bagian dari kasih sayang guru terhadap muridnya.
8. Menyampaikan Ilmu dengan Jelas dan Sesuai Kemampuan Murid
• Guru harus mengajar dengan metode yang mudah dipahami, menyesuaikan bahasa dan cara penyampaian sesuai dengan tingkat pemahaman murid.
• Tidak boleh menyulitkan murid dengan istilah yang tidak mereka pahami.
Prinsip-prinsip ini menunjukkan bahwa menurut Imam Nawawi, seorang guru bukan hanya menyampaikan ilmu, tetapi juga mendidik dengan akhlak dan keteladanan. Ilmu yang diajarkan dengan adab akan lebih berkah dan membawa manfaat bagi murid serta masyarakat.
Seorang guru harus semangat dan serius ketika mengajar.
Benar sekali! Seorang guru harus semangat dan serius ketika mengajar karena ini akan berpengaruh pada motivasi dan pemahaman murid.
Dalam pandangan Islam, termasuk menurut Imam Nawawi, guru memiliki tanggung jawab besar dalam menyebarkan ilmu, sehingga ia harus bersungguh-sungguh dalam tugasnya.
Mengapa Guru Harus Semangat dan Serius?
1. Membangkitkan Semangat Murid – Jika guru terlihat antusias, murid akan lebih termotivasi untuk belajar. Sebaliknya, jika guru terlihat malas atau tidak bersemangat, murid bisa kehilangan minat.
2. Menunjukkan Kesungguhan dalam Menyampaikan Ilmu – Ilmu adalah amanah, maka seorang guru harus menyampaikannya dengan penuh dedikasi agar murid mendapatkan manfaat yang maksimal.
3. Menjadi Teladan bagi Murid – Guru yang serius dalam mengajar menunjukkan kedisiplinan dan tanggung jawab, yang bisa menjadi inspirasi bagi murid untuk bersikap sama dalam belajar.
4. Meningkatkan Pemahaman Murid – Dengan kesungguhan, guru bisa menjelaskan pelajaran dengan cara yang lebih jelas, menarik, dan mudah dipahami.
5. Mendapat Keberkahan Ilmu – Dalam Islam, ilmu yang diajarkan dengan niat ikhlas dan kesungguhan akan menjadi amal jariyah, yang pahalanya terus mengalir meskipun guru sudah tiada.
Namun, serius dalam mengajar bukan berarti harus kaku atau tegang. Guru juga bisa mengajar dengan metode yang menyenangkan, interaktif, dan penuh kasih sayang agar suasana belajar tetap nyaman dan efektif.
Jadi, semangat dan keseriusan dalam mengajar adalah kunci bagi seorang guru agar bisa memberikan ilmu yang bermanfaat dan penuh berkah!
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)