Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Perubahan Penerimaan Siswa Baru, Ada Apa Ini?

Selasa, 11 Februari 2025 | 07:06 WIB Last Updated 2025-02-11T00:07:00Z

TintaSiyasi.id -- Dikutip dari salah satu laman nasional menyebutkannya bahwa pemerintah kembali melakukan perubahan pada sistem penerimaan siswa baru. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) zonasi diganti dengan Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB). Adapun perubahan tersebut dalihnya menciptakan sistem penerimaan siswa yang lebih objektif, transparan, akuntabilitas tinggi, serta inklusif bagi semua calon siswa. (Tirto.id, 01/02/2025)

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) resmi mengganti nama Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) menjadi Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) untuk jenjang sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA). Penggantian nama SPMB diharapkan bukan sekadar nama baru, melainkan bentuk pemberian kepastian pendidikan bermutu yang tuntas, berkualitas, serta merata di seluruh Indonesia. Anggota DPD RI Fahira Idris berharap, transformasi PPDB menjadi SPMB menjadi langkah progresif dalam memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. (Kompas.com, 30/01/2025)

Perubahan pada sistem penerimaan siswa baru tampaknya belum mampu menembus akar persoalan dunia pendidikan di negeri ini. Begitu banyak problem yang muncul di dunia pendidikan dan hal itu sangat mencoreng wajah negeri ini. Sebut saja output yang ada pada diri para siswa masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Siswa bersekolah hanya mencari tumpukan nilai untuk kemudian mereka tukarkan dengan sebuah pekerjaan. Hal tersebut sudah menjadi rahasia umum di masyarakat. Padahal tak hanya nilai dan nilai, sekolah seyogyanya menjadi jembatan kehidupan bagi generasi penerus untuk mendapatkan bekal di dunia. Ilmu dan adab tentunya menjadi dua hal yang seharusnya mereka dapatkan ketika lulus pada sebuah sekolah atau bahkan perguruan tinggi.

Belum lagi akses pendidikan yang tidak merata di setiap wilayah menjadikan satu persoalan yang harusnya mampu teratasi dengan sempurna. Pasalnya saat ini perkembangan teknologi dan pendidikan sudah selayaknya terakses oleh setiap siswa walaupun ia tinggal di pelosok negeri ini. Termasuk pula dengan fasilitas seperti perpustakaan dan laboratorium harus merata ada di setiap wilayah. 

Mungkin akan sangat wajar jika kita sedikit pemikiran lebih mendalam terkait dengan pendidikan serta sistem yang saat ini ditetapkan. Kapitalis telah menjadikan sisi pendidikan menjadi sesuatu yang menghasilkan cuan alias bisnis. Sehingga sekolah yang ada hanya mencetak para siswa untuk mengenal dan selalu memikirkan masalah cuan dan cuan saja. Termasuk pula pada tujuan bersekolah adalah hanya ingin mendapatkan selembar kertas untuk melamar sebuah pekerjaan. 

Begitu pula dengan kondisi negara yang hanya menjadi regulator saja. Perannya hanya sebatas itu saja, tak lebih. Sehingga wajar jika segala kebijakan yang ada selalu saja berkutat dengan soalan bisnis di dunia pendidikan. Tak lagi memikirkan bagaimana caranya agar output yang dihasilkan dari sekolah begitu luar biasa. Yang dipikirkan hanya soalan manfaat apa yang didapatkan ketika membuka sebuah program studi. Maksudnya, semua program studi (jika di perguruan tinggi) atau jurusan (bagi SMK) sesuai dengan minat pasar atau bisa dibilang pesanan. Akibatnya yang terjadi adalah para siswa hanya memiliki keahlian dasar saja tanpa mampu menjadi seseorang yang pakar dan memiliki pemikiran yang tinggi. Semua itu wujud dari sistem yang membatasi terkait dengan segala kebijakan dalma sistem pendidikan di negeri ini. Dan sengaja diciptakan mental buruh pada para peserta didik agar bisa dikendalikan dan dikontrol dengan baik. Inilah fakta yang memang benar terjadi dan kita alami bersama. Gonta-ganti kurikulum nyatanya juga belum mampu menyelesaikan secara utuh persoalan pendidikan. Bahkan yang terjadi malah semakin kacau dan tak terkendali. Inilah didikan dari kapitalis sekuler yang telah tertanam kuat di negeri kita. 

Akan berbeda ketika Islam hadir dalam kehidupan manusia. Di dalam Islam, tak hanya soalan ibadah saja yang diatur dengan baik dan sempurna. Sisi pendidikan begitu diperhatikan oleh negara. Karena pendidikan merupakan kebutuhan pokok yang wajib terpenuhi per individu muslim. Sehingga negara bertanggung jawab penuh akan jalannya pendidikan. Bahkan wajib menyediakan seluruh fasilitas yang menunjang. Seperti laboratorium, perpustakaan, rumah kelas, termasuk menghadirkan para guru yang mempuni. Fasilitas tersebut tak hanya di wilayah kota saja yang banyak, akan tetapi di desa juga didirikan. Tentunya agar siswa dapat mengaksesnya dengan baik. 

Biaya yang diperlukan akan diambil dari kas negara, Baitul Mal. Bisa diambil dari pos fai dan kharaj atau kepemilikan umum. Sehingga tidak dikenakan biaya alias free. Bahkan jika ada ynag bisa membuat sebuah karya semisal buku, maka akan diberikan hadiah oleh negara berupa emas. Beratnya adalah seberat dari buku yang telah berhasil dibuat. Subhanallah, begitu luar biasa ketika Islam diterapkan dalam kehidupan manusia di dunia. Negara akan bertanggung jawab penuh terkait dengan pendidikan, termasuk membuat kurikulum yang sesuai dengan dasar atau fondasi yang seharusnya dijalankan. Kurikulum harus sesuai dengan akidah Islam. Termasuk pula untuk penerimaan siswa maka tidak begitu sulit dalam hal administrasi. Simpel dan mudah menjadi sesuatu yang ditetapkan. Artinya akses untuk masuk ke sekolah tertentu tidak akan pernah dipersulit. Termasuk perihal favorite dan non tidak akan pernah muncul karena standar dari sekolah dalam Islam adalah mempersembahkan yang terbaik untuk para siswanya. Dan output yang ada tak hanya mahir dalam keilmuan science, tetapi dari sisi agamanya juga kuat. Sebagaimana yang pernah ada ketika Islam diterapkan, seperti Ibnu Sina dan yang lainnya. 

Semua itu akan terwujud kembali ketika Islam hadir dalam sebuah institusi yang akan menerapkannya dalam kehidupan manusia. Institusi tersebut adalah Daulah Islam yang akan mencetak generasi menjadi kuat dan tangguh serta unggul. Mampu menguasai keilmuan serta agama dengan baik. 

Sudah saatnya kerinduan ini menjelma menjadi usaha untuk menerapkan Islam secara kaffah dalam kehidupan dunia ini. Semoga segera terwujud terlaksana.

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Mulyaningsih
Pemerhati Masalah Anak dan Keluarga

Opini

×
Berita Terbaru Update