TintaSiyasi.id-- Ibnu Athaillah, seorang sufi dan ulama besar dari Mesir yang terkenal dengan karyanya Al-Hikam, memberikan banyak petuah bijak tentang bagaimana mencapai kebahagiaan sejati dalam hidup. Menurutnya, kebahagiaan bukan berasal dari hal-hal duniawi, melainkan dari kesadaran dan kedekatan dengan Allah SWT. Berikut beberapa prinsip yang diajarkan Ibnu Athaillah dalam mencapai hidup yang bahagia:
1. Tawakkal (Berserah Diri)
Ibnu Athaillah mengajarkan pentingnya bertawakkal atau berserah diri kepada Allah setelah berusaha. Dalam Al-Hikam, ia menulis, "Salah satu tanda keberhasilan di akhir perjalanan adalah kembali kepada Allah di awal perjalanan." Ini berarti bahwa segala usaha kita hendaknya disertai dengan keyakinan bahwa hasilnya ada di tangan Allah. Rasa berserah diri ini akan membuat hati lebih tenang karena menyadari bahwa tidak semua hal ada dalam kendali kita.
2. Rasa Syukur dalam Segala Keadaan
Syukur adalah kunci kebahagiaan yang sering diulang dalam Al-Hikam. Ibnu Athaillah menekankan bahwa syukur bukan hanya pada nikmat yang terlihat menyenangkan, tetapi juga pada ujian dan kesulitan. Menurutnya, kesulitan adalah bagian dari kasih sayang Allah untuk mendekatkan hamba-Nya kepada-Nya dan membentuk pribadi yang lebih kuat dan sabar.
3. Ikhlas dalam Setiap Tindakan
Ikhlas, atau ketulusan dalam beramal hanya untuk Allah, adalah sumber ketenangan hati. Ibnu Athaillah berpesan bahwa manusia akan merasa letih dan gelisah jika mencari penghargaan dan pujian dari manusia. Namun, jika ikhlas berbuat hanya untuk Allah, hati akan terhindar dari harapan yang menyandarkan pada makhluk yang lemah.
4. Zuhud Terhadap Dunia
Zuhud bukan berarti meninggalkan dunia sepenuhnya, tetapi tidak menjadikan dunia sebagai tujuan hidup. Ibnu Athaillah berkata bahwa mencintai dunia akan membuat kita terus merasa kurang dan tidak puas. Sementara dengan mengurangi ketergantungan pada dunia, kita justru akan mendapatkan kebahagiaan yang lebih dalam, karena hati menjadi lapang dan tidak terikat pada sesuatu yang fana.
5. Tawadhu' (Rendah Hati)
Ibnu Athaillah mengingatkan bahwa kesombongan adalah penghalang kedekatan dengan Allah. Hidup dengan sifat rendah hati membuat kita lebih mudah bersyukur, lebih mudah menerima kritik, dan lebih dekat dengan orang lain. Sifat tawadhu’ adalah ciri orang yang dekat dengan Allah dan sesama manusia.
6. Selalu Mengingat Allah (Dzikir)
Dzikir, atau mengingat Allah, adalah sarana utama bagi Ibnu Athaillah untuk mencapai ketenangan batin dan kebahagiaan sejati. Dalam dzikir, seseorang akan merasa selalu dekat dengan Allah, menyadari kehadiran-Nya dalam setiap aspek hidup, sehingga hati menjadi tentram. Ia mengajarkan bahwa dengan mengingat Allah, kita akan merasakan bahwa kita selalu dalam lindungan dan rahmat-Nya.
7. Sabar dalam Menghadapi Ujian
Menurut Ibnu Athaillah, kesabaran adalah salah satu jalan menuju kebahagiaan. Dia berkata bahwa ujian yang datang adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya untuk menghapus dosa atau meningkatkan derajatnya. Dengan bersabar, hati akan lebih tenang, tidak mudah terpancing oleh kemarahan atau putus asa, karena sadar bahwa semua ini adalah bagian dari rencana Allah yang terbaik.
8. Berbaik Sangka kepada Allah (Husnuzan)
Husnuzan atau berbaik sangka kepada Allah adalah kunci kebahagiaan menurut Ibnu Athaillah. Ketika kita menghadapi situasi sulit, dengan berbaik sangka, kita meyakini bahwa ada hikmah yang tersembunyi dan bahwa Allah tidak akan memberi ujian melebihi kemampuan hamba-Nya. Husnuzan membuat hati lebih lapang dan optimis, meski dalam keadaan sulit.
9. Menjalin Hubungan Baik dengan Sesama
Ibnu Athaillah juga menekankan pentingnya memiliki hubungan baik dengan orang lain. Menurutnya, kebahagiaan sejati juga berasal dari akhlak yang baik dan kasih sayang terhadap sesama.
Dengan berbuat baik kepada orang lain, hati kita akan dipenuhi rasa cinta dan kepedulian, yang pada gilirannya juga mendatangkan kebahagiaan bagi diri kita sendiri.
10. Menghindari Keterikatan Emosional yang Berlebihan
Dalam pandangan Ibnu Athaillah, keterikatan emosional yang berlebihan pada sesuatu di dunia ini, seperti harta, status, atau bahkan manusia, hanya akan membawa penderitaan ketika sesuatu tersebut hilang atau tidak sesuai harapan. Dengan menjaga hati agar tetap terikat pada Allah, kita menjadi lebih tenang dan damai karena tidak merasa kehilangan yang berarti.
Inti dari Ajaran Ibnu Athaillah tentang Kebahagiaan
Intinya, kebahagiaan menurut Ibnu Athaillah adalah sebuah keadaan di mana hati manusia merasa tenang dan lapang, tidak bergantung pada dunia, tetapi sepenuhnya kepada Allah.
Ajaran-ajarannya menekankan bahwa kebahagiaan sejati bukan berasal dari luar, melainkan dari dalam hati, melalui kedekatan dengan Allah, kesyukuran, kesabaran, dan ikhlas dalam menjalani hidup.
Ajaran ini menuntun kita untuk tidak hanya mengejar kebahagiaan duniawi, tetapi kebahagiaan yang lebih kekal dengan selalu terhubung kepada Allah.
Dr. Nasrul Syarif M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo