Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tiga Hal Pokok dalam Kehidupan

Sabtu, 21 September 2024 | 06:30 WIB Last Updated 2024-09-20T23:30:35Z

Tintasiyasi.ID -- Sobat. Sesungguhnya nikmat terbesar yang Allah Swt. berikan pada hamba-Nya adalah penciptaan mereka dari tiada menjadi ada dan membebaskan mereka dari kekufuran menuju cahaya Islam.

 

Tiga hal pokok dalam kehidupan:

1. Dari sekian banyak nikmat dunia, cukuplah Islam sebagai nikmat bagimu.

2. Dari sekian banyak kesibukan, cukuplah ketaatan sebagai kesibukan bagimu.

3. Dari sekian banyak pelajaran, cukuplah kematian sebagai pelajaran bagimu.

 

Tiga hal pokok yang disebutkan di atas mengandung kebijaksanaan mendalam yang menjadi pedoman dalam kehidupan seorang Muslim. Masing-masing poin tersebut memiliki makna yang sangat mendalam dalam konteks spiritual dan praktis sehari-hari:

 

1. Dari sekian banyak nikmat dunia, cukuplah Islam sebagai nikmat bagimu.

* Islam sebagai nikmat terbesar: Islam adalah nikmat terbesar yang Allah berikan kepada hamba-Nya. Nikmat ini melampaui semua nikmat duniawi, karena Islam adalah jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Memahami dan menjalankan Islam adalah karunia luar biasa, karena Allah memberikan petunjuk dan cahaya untuk hidup yang benar.

* Banyak nikmat duniawi seperti kesehatan, kekayaan, dan keluarga, tetapi tanpa Islam, semua itu tidak memiliki makna yang abadi. Islam memberikan arah hidup dan tujuan akhir, yaitu meraih rida Allah dan surga-Nya.

* Allah berfirman dalam Al-Qur'an, "Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridai Islam sebagai agamamu." (QS Al-Maidah: 3).

 

2. Dari sekian banyak kesibukan, cukuplah ketaatan sebagai kesibukan bagimu.

* Ketaatan sebagai fokus utama: dunia ini penuh dengan kesibukan yang sering kali membuat kita lupa akan tujuan utama kehidupan. Kesibukan dalam bekerja, mengejar kekayaan, dan memenuhi berbagai kebutuhan materi sering kali mengalihkan kita dari ketaatan kepada Allah.

* Islam mengajarkan bahwa kesibukan utama seorang hamba adalah ketaatan kepada Allah, baik melalui ibadah, amal saleh, maupun menjalankan perintah-Nya dalam kehidupan sehari-hari.

 

Fokus pada ketaatan inilah yang membuat hidup seseorang bernilai di sisi Allah.

* Firman Allah, "Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku." (QS Adz-Dzariyat: 56).

* Ketaatan mencakup segala aspek, baik dalam salat, puasa, sedekah, maupun dalam bekerja, asalkan niatnya karena Allah.

 

3. Dari sekian banyak pelajaran, cukuplah kematian sebagai pelajaran bagimu.

 

* Kematian sebagai pengingat utama: kematian adalah pelajaran yang paling jelas dan tak terbantahkan bagi setiap manusia. Tidak ada yang bisa menghindar dari kematian, dan ini adalah kenyataan universal yang menuntut manusia untuk selalu ingat akan tujuan hidupnya.

* Kematian mengajarkan kita bahwa hidup di dunia ini hanya sementara. Segala kesenangan, kesibukan, dan kenikmatan duniawi akan berakhir ketika ajal menjemput. Karena itu, cukuplah kematian sebagai peringatan untuk selalu berbuat baik, bertobat, dan mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati.

* Rasulullah bersabda, "Perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan, yaitu kematian." (HR Tirmidzi).

Nikmat Terbesar: Dari Tiada Menjadi Ada dan Dibimbing ke Cahaya Islam

* Penciptaan dari tiada menjadi ada: nikmat terbesar yang Allah berikan kepada manusia adalah penciptaan mereka dari ketiadaan. Kita tidak bisa ada tanpa kehendak dan kekuasaan Allah. Kehidupan ini sendiri merupakan karunia yang luar biasa, di mana Allah memberikan kita kesempatan untuk hidup, mengenal-Nya, dan beribadah kepada-Nya.

* Bebas dari kekufuran menuju cahaya Islam: nikmat berikutnya yang sangat besar adalah dibebaskan dari kekufuran dan diberikan iman. Sebelum mengenal Islam, seseorang bisa berada dalam kegelapan, kesesatan, atau tanpa arah yang jelas dalam hidupnya. Namun, dengan Islam, Allah membimbing seseorang kepada cahaya kebenaran dan memberikan petunjuk menuju keselamatan.

* Allah berfirman, "Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman)." (QS Al-Baqarah: 257).

 

Kesimpulan

 

Nikmat terbesar dari Allah adalah Islam, sebuah anugerah yang melebihi segala nikmat duniawi. Ketaatan kepada Allah adalah kesibukan utama seorang hamba, dan kematian adalah pelajaran yang cukup untuk selalu mengingatkan kita akan kehidupan yang abadi di akhirat. Kunci dari semua ini adalah menyadari bahwa Allah menciptakan kita dari ketiadaan, memberikan kehidupan, dan membimbing kita dari kegelapan menuju cahaya iman dalam Islam.

 

Ciri-ciri orang yang makrifat kepada Allah: 1. Selalu Mencintai-Nya. 2. Hatinya selalu melihat kebenaran. 3. Banyak beramal saleh.

 

Ciri-ciri orang yang makrifat kepada Allah menggambarkan tingkat spiritual yang tinggi di mana seseorang benar-benar mengenal Allah dengan hati, jiwa, dan amalnya. Makrifat dalam bahasa sederhana berarti pengenalan yang mendalam kepada Allah, sehingga orang tersebut memiliki ikatan yang sangat erat dengan-Nya. Berikut adalah penjelasan dari ciri-ciri orang yang makrifat kepada Allah:

 

1. Selalu Mencintai-Nya

* Cinta kepada Allah adalah puncak dari hubungan seorang hamba dengan Tuhannya. Orang yang makrifat akan mencintai Allah di atas segala-galanya. Kecintaannya kepada Allah lebih besar daripada kecintaannya kepada makhluk atau dunia.

* Kecintaan ini terlihat dari bagaimana ia menempatkan kehendak Allah sebagai prioritas utama dalam hidupnya. Segala perbuatannya, baik dalam ibadah maupun aktivitas sehari-hari, didasari oleh niat untuk mencari rida Allah.

* Cinta kepada Allah juga tercermin dalam kesabarannya menghadapi cobaan dan kesyukurannya dalam menerima nikmat. Orang yang makrifat akan tetap mencintai Allah dalam keadaan senang maupun sulit, karena ia tahu bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari kehendak dan rencana Allah yang sempurna.

* Allah berfirman dalam Al-Qur'an, "Dan orang-orang yang beriman itu lebih besar cintanya kepada Allah." (QS Al-Baqarah: 165).

 

2. Hatinya Selalu Melihat Kebenaran

* Orang yang makrifat kepada Allah memiliki hati yang bersih dan selalu mampu melihat kebenaran. Hati mereka tidak tertutup oleh dosa atau syahwat, sehingga mereka dapat membedakan dengan jelas mana yang benar dan mana yang salah.

* Mereka tidak hanya mengandalkan mata fisik, tetapi mata hati mereka tajam dalam menangkap petunjuk Allah. Hal ini karena mereka telah mengasah hati dengan zikir, ibadah, dan ketaatan. Hati mereka senantiasa terhubung dengan Allah, sehingga dapat memahami dan meresapi hakikat dari segala sesuatu yang terjadi di dunia ini.

* Orang yang makrifat dapat melihat dunia ini dengan pandangan hikmah dan kebijaksanaan, menyadari bahwa segala sesuatu terjadi dengan izin dan kehendak Allah, dan mereka dapat menerima takdir-Nya dengan lapang dada.

 

3. Banyak Beramal Saleh

* Orang yang mengenal Allah dengan makrifat akan terdorong untuk banyak melakukan amal saleh. Mereka menyadari bahwa amal saleh adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menunjukkan kecintaan serta ketaatan kepada-Nya.

* Amal saleh tidak hanya terbatas pada ibadah wajib seperti salat dan puasa, tetapi juga mencakup amal-amal kebaikan kepada sesama, seperti membantu orang yang membutuhkan, berbuat adil, menjaga lisan, dan bersikap baik kepada makhluk lainnya.

* Orang yang makrifat selalu berusaha memperbaiki kualitas amal mereka, bukan hanya kuantitasnya. Mereka melakukan amal saleh dengan keikhlasan, mencari rida Allah semata, tanpa mengharapkan pujian atau balasan dari manusia.

* Dalam Al-Qur'an, Allah menyebutkan bahwa orang yang beramal saleh akan mendapatkan pahala yang besar, "Dan barangsiapa yang mengerjakan amal saleh dari kalangan laki-laki maupun perempuan, sedangkan ia beriman, maka mereka itu akan masuk surga dan mereka tidak dianiaya sedikit pun." (QS An-Nisa: 124).

 

Kesimpulan

 

Orang yang makrifat kepada Allah memiliki ciri-ciri khusus yang mencerminkan kedekatan dan pengenalan mereka yang mendalam terhadap Allah. Mereka mencintai Allah di atas segala-galanya, memiliki hati yang selalu melihat kebenaran, dan terdorong untuk banyak beramal saleh. Kehidupan mereka diwarnai dengan ketaatan, keikhlasan, dan komitmen yang kuat untuk senantiasa berbuat baik dan mendekatkan diri kepada Allah dalam setiap kesempatan. Orang yang makrifat selalu berusaha membersihkan hati, meningkatkan keimanan, dan menjaga hubungan yang kuat dengan Allah dalam segala aspek kehidupannya.

 

 

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 

Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Psikologi Pendidikan Pascasarjana UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update