TintaSiyasi.id -- Keadaan generasi kini semakin sakit parah. Berbagai kanal berita setiap harinya tak pernah absen dari kabar perundungan, pelecehan, pemerkosaan, hingga berbagai kriminalitas, termasuk tawuran yang semakin subur, bahkan merenggut nyawa, belum lagi persoalan mental, distorsi moral, dan hilangnya rasa malu dari berbuat maksiat dan kejahatan.
Baru-baru ini, terjadi tawuran antar gangster yang menyebabkan mahasiswa Udinus bernama Tirza Nugroho Hermawan (21) meninggal akibat salah sasaran. Rico Sandova (23) warga Bulu Lor Semarang Utara, salah satu pelaku tawuran mengatakan tawuran itu berawal dari saling tantang di instagram. (detik.com, 20/9/2024)
Dari Tribunnews.com (22/9/2024), satu orang anggota geng motor ditangkap polisi saat hendak melakukan tawuran di Jalan Durung, Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan. Remaja berinisial WW tersebut mengaku sebagai anggota geng motor Mce_boys.
Tawuran dan geng motor menjadi salah satu problem meresahkan di tengah masyarakat, karena kerap merugikan, baik merusak fasilitas hingga ancaman nyawa. Rasa aman semakin sulit didapatkan. Penanganan negara nampaknya tak jua memberikan hasil.
Di antara sebab munculnya perilaku tawuran dan geng motor, pertama, lemahnya kontrol diri. Budaya rivalitas ataupun sentimen negatif antar pemuda atau hubungan buruh antar sekolah atau geng motor, ditambah ketidakmampuan diri mengendalikan naluri berupa rasa marah dan menjaga eksistensi, kerap menjadi pemicunya.
Kedua, krisis identitas. Semakin banyak generasi yang bahkan tidak mengenal identitas dirinya, tidak memahami apa tujuan hidupnya di dunia, dan melupakan atau meremehkan hari penghisaban di hari akhir nanti, sehingga merekapun terombang-ambing di tengah kerasnya kehidupan sekuler-kapitalis.
Ketiga, disfungsi keluarga. Kelalaian orang tua dalam mengemban amanah dari Allah menjadi pemicu besar terbentuknya generasi tak takut mati 'konyol'. Peran untuk mendidik, memberikan teladan, fasilitas pendidikan tidak berjalan dengan optimal, pengabaian terhadap kebiasaan dan pola hidup yang buruk, pendidikan agama dari rumah yang sangat minim, pengawasan yang lemah, ditambah kesibukan orang tua karena tuntutan ekonomi.
Keempat, tekanan ekonomi. Sekian banyak kekerasan dan kelalaian serta minimnya waktu berkumpul akibat banyaknya waktu terkuras untuk sekadar menyambung hidup, karena tekanan ekonomi yang sangat berat, melahirkan anak-anak yang keras pula perangainya. Begitu pula banyaknya anak-anak hingga remaja yang terbiasa hidup di jalanan untuk bertahan hidup, di tengah sempitnya peluang mereka untul meraih pendidikan tinggi dan pekerjaan.
Kelima, lingkungan yang rusak. Lemahnya kontrol dan pengawasan dari masyarakat sekitar, serta normalisasi kemaksiatan seakan menjadi pupuk hingga tumbuh suburnya perilaku yang bertentangan.
Keenam, hukum yang tidak menjerakan. Menganggap biasa karena masih di bawah umur serta sanksi hukum yang tidak membuat jera, menjadi peluang menjamurnya kriminalitas di segala sisi.
Oleh karena itu, sangat dibutuhkan solusi fundamental dan revolusioner untuk menuntaskan masalah tawuran dan geng motor ini, termasuk memutus rantai regenerasi pelaku. Kesempurnaan solusi sesungguhnya telah ada pada aturan Islam. Sistem terbaik dari wahyu Allah SWT, dan terbukti dalam sejarah pernah ada negara besar dengan peradaban dan militer terbaik, bahkan menjadi mercusuar ilmu dan kebangkitan.
Islam melarang umatnya melakukan perbuatan yang menimbulkan mudharat. Dari Abu Sa'id, Sa'ad bin Sinan Al Khudri ra, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, "Tidak boleh melakukan perbuatan (mudharat) yang mencelakakan diri sendiri dan orang lain." (Hadis hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Daruqutni).
Di antara solusi Islam dalam menyelesaikan permasalahan remaja, termasuk perkara tawuran dan geng motor, di antaranya adalah pertama, bahwa Islam telah memberi petunjuk bagaimana membentuk karakter individu yang baik, yakni dengan adanya peran orang tua dan keluarga yang konsen dalam mendidik anak-anak agar memahami hakikat dan tujuan hidupnya melalui penanaman akidah yang benar dan berkelanjutan, serta diberikan pemahaman dan contoh dalam pelaksanaan hukum-hukum Islam.
Kedua, lingkungan sosial yang aktif dalam amar makruf nahi mungkar. Saling memberi nasihat dan support antar tetangga. Hal ini tentu dibutuhkan kesadaran dan pemahaman konsep Islam secara menyeluruh, sehingga dibutuhkan support system dari negara.
Ketiga, negara di dalam Islam akan menerapkan aturan dan sistem sanksi yang tegas dan memberikan efek jera. Remaja mestinya mengetahui bahwa kejahatan (jarimah) dalam sistem Islam, sehingga tidak main-main atau ikut-ikutan melakukan aktivitas kekerasan. Selain itu negara akan menerapkan sistem pendidikan Islam dengan kurikulum yang akan membentuk generasi berkepribadian mulia, tercegah dari menjadi pelaku kriminalitas.
Dengan adanya dukungan sistem yang shahih, maka akan lahir generasi hebat dan mulia, mampu memaksimalkan potensinya untuk produktif, berkarya bagi umat dan negara, tersibukkan dalam aktivitas kebaikan, mengkaji Islam serta mendakwahkannya. Wallahu a'lam. []
Oleh: Linda Maulidia, S.Si.
Aktivis Muslimah