Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Keluarga Berkualitas Menuju Indonesia Emas: Realistis atau Utopis?

Jumat, 27 September 2024 | 11:14 WIB Last Updated 2024-09-27T04:14:13Z
TintaSiyasi.id -- Terpantau negeri ini senakin serius menggarap cita-cita Indonesia emas 2045.
Segala macam perbincangan, program kerja, dan kebijakan-kebijakan yang mengarah ke sana. 

Salah satu program yang menjadi andalan adalah peogram ketahanan keluarga. Sebab dari keluarga lah ditentukan nasib sebuah bangsa. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
dari suami, istri, dan anak. Idaman bagi setiap insan yakni memiliki keluarga yang berkualitas.

Keluarga Berkualitas adalah Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan  sejahtera, sehat dan maju. Tidak lupa berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keluarga berkualitas inilah yang nantinya diharapkan mampu menyongsong gagasan besar Indonesia Emas 2045,  dari unit terkecil inilah yang juga akan melahirkan Generasi Emas. 

Melihat pula Generasi Emas 2045 yang juga merupakan sebuah wacana, dan gagasan dalam rangka mempersiapkan para generasi muda Indonesia yang berkualitas, berkompeten, dan berdaya saing tinggi. Maka tidak heran bila banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan Ketahanan Keluarga sebagaimana yang dipaparkan pada perayaan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-31 dengan tema “Keluarga Berkualitas Menuju Indonesia Emas”. 

Demikian cita-cita emas 2045 bagaimana dengan realita yang ada? Tak ayal bahwa kondisi perekonomian suatu keluarga akan sangat berdampak pada kualitas sebuah keluarga, terlebih dalam ranah harmonis. Jika dilihat dari angka kasus kekerasan rumah tangga, faktor yang paling banyak mempengaruhi adalah ekonomi. 
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) memaparkan angka perceraian menunjukkan tren peningkatan.  Faktor penyebab perceraian yang paling banyak adalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan permasalahan ekonomi. 

Keadaan yang sulit dan harga-harga bahan pokok yang semakin tinggi membuat kekhawatiran tersendiri baik bagi kepala keluarga dalam menafkahi dan memenuhi kebutuhan dan bagi ibu untuk  merawat dan menyediakan kebutuhan keluarga. 

Kesulitan ini membuat setiap anggota keluarga bekerja esktra dalam memenuhi penghidupan.  Bekerja pun tidak cukup hanya dikerjakan oleh sang pencari nafkah yakni ayah, seorang ummu warobatul bait pun juga harus turun tangan dalam mencari nafkah membantu perekonomian keluarga. Alhasil waktu seorang ibu yang harusnya banyak waktu dalam mendidik dan membimbing anakpun harus tersita bekerja. Lalu apa akibat dari hal ini? Tentu tidak sedikit anak-anak dari orang tua yang sibuk bekerja, kurang mendapatkan didikan, perhatian dan kasih sayang orang tua khususnya ibu. Mengakibatkan tiadanya pondasi penting bagi generasi saat ini dalam menghadapi kehidupan, dan akhirnya banyak dari mereka terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Padahal anak-anak adalah aset yang kelak menjadi generasi emas 2045. 

Negeri Ini Harus Realistis!

Negara ini harus realistis, tidak apatis, hanya membuat kebijakan dan gebrakan tanpa melihat keadaan yang ada dan akar masalah yang butuh dipecahkan. Tahun demi tahun silih berganti namun perbaikan seperti jauh panggang dengan api. Maka persoalan ini bukan sekedar gonta ganti kebijakan ataupun siapa yang  penampu kebijakan, tetapi sistem yang mewadahi keberlangsungan kehidupan hidup ini, yaitu demokrasi. Aturan yang dibuat oleh manusialah akar masalahnya, sebagaimana manusia sangat erat dengan kepentingan dan kecacatan dalam membuat aturan.

Indonesia Emas 2045 Bukanlah Khayalan, Jika.. 

Negeri ini menerapkan aturan dan sistem yang berlandaskan Islam. Karena hanya Islamlah yang siap dan mampu menjamin kehidupan bagi seluruh alam. Aturan yang lengkap seperti ekonomi, pendidikan dan perngaturan politik lainnya. Aturan yang dibuat langsung oleh Sang Pencipta membuat jauh darinya dari gebrakan-gebrakan yang penuh dengan kepentingan dan kecacatan. waallah hu’alam bi sshowab.


Oleh: Millania Hana
Praktisi Pendidikan

Opini

×
Berita Terbaru Update