TintaSiyasi.id— Sobat. Dalam kehidupan ini, ada empat pangkal utama yang sering dijadikan pegangan atau prinsip untuk menjalani hidup dengan baik. Berikut adalah penjelasan tentang empat pangkal tersebut:
1. Sabar
Sabar adalah salah satu pangkal yang sangat penting dalam kehidupan. Sabar berarti kemampuan untuk menahan diri, mengendalikan emosi, dan tetap teguh dalam menghadapi cobaan atau tantangan hidup. Sabar bisa dalam menghadapi ujian, menjalani proses kehidupan, atau dalam beribadah. Orang yang sabar akan lebih mudah menjalani hidup dengan penuh ketenangan dan keyakinan bahwa semua ujian akan berakhir dengan kebaikan.
Dalil: Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 153)
2. Syukur
Syukur adalah pangkal lain yang harus dimiliki dalam kehidupan. Syukur berarti berterima kasih kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan. Orang yang bersyukur akan selalu merasa cukup dan bahagia dengan apa yang dimilikinya, serta lebih peka terhadap nikmat yang kecil maupun besar. Syukur adalah kunci kebahagiaan hidup karena hati yang bersyukur akan selalu dipenuhi rasa damai dan berkah.
Dalil: Allah SWT berfirman:
"Jika kamu bersyukur, Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (QS. Ibrahim: 7)
3. Ikhlas
Ikhlas adalah pangkal yang menuntun seseorang untuk melakukan segala sesuatu hanya karena Allah SWT, tanpa mengharapkan imbalan duniawi. Ikhlas dalam amal ibadah maupun dalam pekerjaan sehari-hari membuat seseorang fokus pada ridha Allah dan tidak terpengaruh oleh pujian atau celaan manusia. Dengan ikhlas, kehidupan menjadi lebih ringan dan tenang karena semua yang dilakukan adalah demi kebaikan akhirat.
Dalil: Allah SWT berfirman:
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya." (QS. Al-Bayyinah: 5)
4. Tawakal
Tawakal adalah pangkal keempat yang penting dalam kehidupan. Tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah setelah berusaha semaksimal mungkin. Orang yang bertawakal percaya bahwa hasil akhir dari segala urusan adalah ketentuan Allah, sehingga dia tidak akan merasa cemas atau takut menghadapi masa depan. Tawakal memberikan ketenangan hati karena seseorang sadar bahwa segala sesuatu sudah diatur oleh Allah dengan sebaik-baiknya.
Dalil: Allah SWT berfirman:
"Barangsiapa bertawakal kepada Allah, maka Allah akan mencukupkan keperluannya." (QS. At-Talaq: 3)
Kesimpulan
Empat pangkal dalam kehidupan ini adalah:
1. Sabar dalam menghadapi cobaan dan ujian,
2. Syukur atas nikmat yang diberikan Allah,
3. Ikhlas dalam menjalankan segala amal dan perbuatan,
4. Tawakal setelah berusaha, berserah diri kepada Allah.
Keempat pangkal ini membentuk dasar kehidupan yang penuh ketenangan, kebahagiaan, dan keberkahan bagi siapa saja yang menjalankannya dengan baik.
Pangkal Obat adalah sedikit makan.
Pernyataan "Pangkal obat adalah sedikit makan" mengandung hikmah yang dalam tentang hubungan antara pola makan dan kesehatan. Dalam berbagai tradisi, baik medis maupun spiritual, dikatakan bahwa menjaga pola makan yang sederhana dan tidak berlebihan memiliki banyak manfaat, baik bagi fisik maupun spiritual. Berikut adalah beberapa penjelasan mengenai prinsip ini:
1. Mencegah Penyakit
Makan berlebihan, terutama makanan yang tidak sehat, bisa menyebabkan berbagai penyakit seperti obesitas, diabetes, masalah pencernaan, dan penyakit jantung. Dengan sedikit makan atau mengatur pola makan secukupnya, tubuh bisa lebih mudah mencerna dan menyerap nutrisi dengan baik, sehingga membantu mencegah penyakit. Ini selaras dengan ajaran Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan agar makan tidak berlebihan dan hanya mengisi perut dengan sepertiga makanan, sepertiga minuman, dan sepertiga udara.
Dalil: Rasulullah SAW bersabda:
"Tidak ada wadah yang diisi oleh anak Adam yang lebih buruk daripada perutnya." (HR. Tirmidzi)
2. Meningkatkan Fokus dan Produktivitas
Ketika seseorang makan berlebihan, tubuh akan lebih banyak bekerja untuk mencerna makanan tersebut, yang dapat menyebabkan rasa malas, kantuk, atau sulit fokus. Dengan sedikit makan, tubuh lebih ringan dan pikiran lebih jernih, sehingga seseorang bisa lebih fokus dalam ibadah, bekerja, dan kegiatan sehari-hari.
Hikmah: Mengurangi porsi makan juga membantu seseorang lebih fokus pada aspek spiritual, karena terlalu kenyang seringkali menjadikan hati kurang peka terhadap ibadah.
3. Menjaga Berat Badan dan Kebugaran
Salah satu manfaat langsung dari sedikit makan adalah menjaga berat badan tetap ideal dan tubuh tetap bugar. Pola makan yang terkendali dan seimbang membantu metabolisme tubuh berjalan dengan baik. Hal ini juga sesuai dengan anjuran medis modern yang menekankan pentingnya pola makan yang sehat dan terkontrol untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan.
4. Meningkatkan Kualitas Ibadah
Dalam Islam, menjaga pola makan juga dianggap sebagai bagian dari menjaga hati dan ibadah. Ketika seseorang makan terlalu banyak, dia cenderung menjadi malas dalam beribadah. Sebaliknya, sedikit makan dapat membuat seseorang lebih ringan dalam melaksanakan shalat, puasa, dan ibadah lainnya karena tubuh lebih segar dan tidak terbebani.
Kebijaksanaan: Para ulama sering mengingatkan bahwa perut yang terlalu penuh dapat menjadi sumber kegelapan hati, sementara menjaga pola makan bisa membantu menjaga kejernihan hati.
Kesimpulan
Prinsip "Pangkal obat adalah sedikit makan" menekankan pentingnya menjaga pola makan yang sederhana dan tidak berlebihan untuk mendapatkan kesehatan fisik dan spiritual yang optimal. Sedikit makan membantu mencegah penyakit, meningkatkan fokus, menjaga berat badan, dan meningkatkan kualitas ibadah. Prinsip ini sesuai dengan banyak ajaran dalam Islam dan juga dianjurkan dalam ilmu kesehatan modern.
Pangkal adab adalah sedikit bicara.
Pernyataan "Pangkal adab adalah sedikit bicara" mengandung makna mendalam tentang pentingnya menjaga lisan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berbagai tradisi, terutama dalam Islam, menjaga lisan merupakan bagian penting dari adab atau tata krama, yang menunjukkan kehalusan budi pekerti seseorang.
Berikut adalah beberapa penjelasan terkait dengan prinsip ini:
1. Menjaga Kehormatan dan Harga Diri
Sedikit bicara dan menjaga lisan adalah cerminan dari kebijaksanaan seseorang. Orang yang tidak banyak bicara cenderung dipandang lebih bijak dan terhormat, karena ia memilih kata-kata dengan hati-hati dan hanya berbicara hal-hal yang bermanfaat. Dengan sedikit bicara, seseorang mampu menjaga martabatnya dan menghindari ucapan yang bisa merendahkan dirinya sendiri atau menyakiti orang lain.
Dalil: Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Menghindari Fitnah dan Dosa Lisan
Banyak bicara tanpa kontrol sering kali menjerumuskan seseorang ke dalam dosa lisan, seperti bergosip, menyebar fitnah, atau berbohong. Semakin banyak seseorang berbicara, semakin besar peluang untuk mengatakan sesuatu yang salah atau tidak bermanfaat. Dengan sedikit bicara, seseorang akan lebih mampu menghindari ucapan-ucapan yang dapat membawa dosa dan masalah.
Dalil: Rasulullah SAW juga bersabda:
"Tidaklah manusia dilemparkan ke dalam neraka di atas wajah-wajah mereka atau di atas hidung-hidung mereka, kecuali karena lisan mereka." (HR. Tirmidzi)
3. Memberikan Waktu untuk Mendengar
Orang yang sedikit bicara akan memiliki lebih banyak waktu untuk mendengarkan orang lain. Mendengar adalah adab penting dalam berinteraksi dengan sesama. Dengan mendengarkan, seseorang dapat memahami kebutuhan, perasaan, dan pandangan orang lain dengan lebih baik. Hal ini juga menunjukkan rasa hormat terhadap lawan bicara dan menghindarkan kita dari memonopoli percakapan.
Kebijaksanaan: Mendengarkan lebih banyak daripada berbicara menunjukkan kehalusan budi pekerti dan perhatian terhadap orang lain.
4. Meningkatkan Kualitas Pembicaraan
Ketika seseorang memilih untuk sedikit bicara, ia cenderung hanya berbicara hal-hal yang penting, bermanfaat, dan memiliki makna. Ini akan meningkatkan kualitas dari setiap kata yang diucapkan. Ucapan yang penuh hikmah, disampaikan pada saat yang tepat, akan lebih dihargai oleh orang lain dan memberikan dampak positif.
Hikmah: Kata-kata yang dipilih dengan bijak memiliki kekuatan lebih besar daripada ucapan yang berlebihan namun tanpa makna.
5. Menjaga Kebersihan Hati
Banyak bicara dapat mempengaruhi hati seseorang, karena lisan dan hati saling berkaitan. Ketika lisan terus-menerus berbicara hal-hal yang tidak penting atau buruk, hati akan menjadi kotor dan mudah terganggu oleh hawa nafsu. Sebaliknya, sedikit bicara dapat menjaga kebersihan hati, karena seseorang lebih banyak berfokus pada merenung, zikir, dan menjaga diri dari perkataan yang sia-sia.
Dalil: Rasulullah SAW bersabda:
"Termasuk kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya." (HR. Tirmidzi)
Kesimpulan
Prinsip "Pangkal adab adalah sedikit bicara" menekankan pentingnya menjaga lisan dan berbicara seperlunya dalam kehidupan. Dengan sedikit bicara, seseorang akan lebih terhindar dari dosa lisan, menjaga kehormatan, memberikan waktu untuk mendengarkan, serta meningkatkan kualitas ucapannya. Ini merupakan adab mulia yang mencerminkan kebijaksanaan, kehalusan budi, dan kedalaman spiritual seseorang.
Pangkal ibadah adalah sedikit berbuat dosa.
Pernyataan "Pangkal ibadah adalah sedikit berbuat dosa" menggambarkan konsep penting dalam kehidupan spiritual, yaitu bahwa semakin sedikit seseorang berbuat dosa, semakin baik kualitas ibadahnya. Prinsip ini mengajarkan bahwa untuk mencapai tingkat ibadah yang khusyuk dan diterima oleh Allah SWT,
seseorang harus menjaga dirinya dari perbuatan dosa dan maksiat.
Berikut adalah beberapa penjelasan terkait dengan prinsip ini:
1. Ibadah yang Sempurna Membutuhkan Hati yang Bersih
Dosa yang dilakukan oleh seseorang dapat menutupi hati, sehingga menghalangi seseorang dari merasakan kenikmatan ibadah. Semakin banyak dosa yang dilakukan, semakin gelap hati seseorang, sehingga sulit untuk khusyuk dalam shalat, zikir, atau ibadah lainnya. Dengan sedikit berbuat dosa, hati akan tetap bersih dan mampu merasakan kedekatan dengan Allah dalam setiap ibadah yang dilakukan.
Dalil: Allah SWT berfirman:
"Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka." (QS. Al-Muthaffifin: 14)
Ketika dosa-dosa menghalangi hati, ibadah yang dilakukan pun menjadi kurang bermakna dan penuh gangguan.
2. Menjaga Keikhlasan dalam Ibadah
Orang yang berbuat dosa cenderung terganggu dalam menjaga keikhlasan saat beribadah. Dosa bisa membuat seseorang merasa bersalah atau terjebak dalam kemunafikan, di mana dia beribadah hanya karena ingin terlihat baik di mata orang lain, bukan karena benar-benar ingin mendekatkan diri kepada Allah. Dengan mengurangi perbuatan dosa, seseorang lebih mampu menjaga keikhlasan dan niat yang murni dalam setiap ibadah yang dilakukan.
Dalil: Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali jika dilakukan dengan ikhlas dan mencari ridha-Nya semata." (HR. Nasa'i)
3. Memperoleh Penerimaan Ibadah
Untuk ibadah diterima oleh Allah, seseorang harus berusaha menghindari dosa dan berbuat kebaikan. Dosa yang terus menerus dilakukan tanpa taubat dapat menjadi penghalang bagi diterimanya ibadah. Orang yang sedikit berbuat dosa akan lebih mudah mendapatkan ridha Allah, karena ibadahnya dilakukan dengan jiwa yang bersih dan tulus.
Dalil: Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Ma'idah: 27)
Takwa mencakup menjauhi dosa-dosa dan menjaga amal perbuatan baik, termasuk ibadah.
4. Meningkatkan Rasa Taqwa
Sedikit berbuat dosa adalah salah satu tanda dari taqwa. Orang yang bertaqwa selalu berhati-hati dalam setiap perbuatannya dan berusaha menghindari dosa, baik kecil maupun besar. Dengan demikian, ia selalu dalam keadaan sadar bahwa ibadah adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan dosa-dosa dapat menghalangi hubungan tersebut.
Dalil: Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa." (QS. Ali Imran: 133)
Taqwa yang tinggi akan mendorong seseorang untuk berbuat sedikit dosa dan lebih banyak beribadah dengan hati yang ikhlas dan tulus.
5. Menghindari Kemalasan dalam Ibadah
Dosa-dosa sering kali menyebabkan seseorang menjadi malas dalam beribadah. Orang yang sering berbuat dosa bisa merasa jauh dari Allah dan kehilangan semangat untuk beribadah, karena hatinya telah tertutupi oleh berbagai kesalahan. Sebaliknya, orang yang sedikit berbuat dosa akan lebih ringan dan mudah dalam melaksanakan ibadah, karena hatinya bersih dan terbuka untuk menerima petunjuk dari Allah.
Hikmah: Setiap kali seseorang melakukan dosa, ia semakin menjauh dari Allah. Namun, jika seseorang menjaga dirinya dari dosa, ibadahnya akan menjadi lebih ringan dan penuh dengan kenikmatan spiritual.
Kesimpulan
Prinsip "Pangkal ibadah adalah sedikit berbuat dosa" menekankan bahwa kualitas ibadah seseorang sangat dipengaruhi oleh seberapa jauh dia menjaga dirinya dari dosa. Semakin sedikit dosa yang dilakukan, semakin bersih hati seseorang, sehingga ibadahnya bisa dilakukan dengan khusyuk, ikhlas, dan penuh keikhlasan. Menjaga diri dari dosa juga membantu dalam mencapai penerimaan ibadah oleh Allah SWT, meningkatkan rasa takwa, dan memperkuat hubungan spiritual dengan-Nya.
Pangkal harapan adalah sabar.
Pernyataan "Pangkal harapan adalah sabar" mengajarkan bahwa kesabaran merupakan landasan utama dari harapan yang kuat dan bertahan lama. Dalam kehidupan, orang yang memiliki harapan sering kali dihadapkan pada tantangan, ujian, dan keterlambatan dalam mencapai apa yang diharapkan. Kesabaran menjadi fondasi penting agar seseorang tetap teguh, tenang, dan optimis dalam menanti dan berjuang untuk harapannya. Berikut adalah penjelasan lebih dalam tentang hubungan antara harapan dan sabar:
1. Harapan Memerlukan Proses
Segala sesuatu dalam hidup memerlukan waktu dan proses untuk tercapai. Orang yang memiliki harapan harus siap untuk menghadapi berbagai rintangan dan keterlambatan. Sabar adalah kunci dalam menghadapi proses ini. Tanpa sabar, seseorang mudah putus asa ketika apa yang diharapkan tidak segera terwujud. Sabar membuat seseorang kuat menjalani setiap tahap dan yakin bahwa setiap usaha akan membuahkan hasil pada waktu yang tepat.
Dalil: Allah SWT berfirman:
"Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS. Hud: 115)
2. Menghindari Putus Asa
Dalam hidup, tidak semua harapan akan segera tercapai, dan kadang-kadang apa yang diinginkan memerlukan waktu yang panjang. Sabar adalah alat untuk menghindari rasa putus asa dan kecewa. Orang yang sabar selalu memiliki keyakinan bahwa kesulitan akan berlalu dan apa yang diharapkan akan datang pada saat yang terbaik menurut Allah. Dengan kesabaran, seseorang tidak mudah menyerah meskipun hasil belum tampak.
Dalil: Allah SWT berfirman:
"Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (QS. Yusuf: 87)
3. Menguatkan Iman dan Keyakinan
Sabar adalah bukti dari kuatnya iman seseorang. Orang yang sabar tidak hanya menunggu dengan tenang, tetapi juga terus berdoa, berusaha, dan beriman bahwa Allah pasti akan memberikan yang terbaik. Harapan yang diiringi dengan sabar menumbuhkan keyakinan bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Orang yang sabar yakin bahwa segala sesuatu terjadi dengan kehendak Allah dan pada waktu yang paling tepat.
Dalil: Rasulullah SAW bersabda:
"Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin. Sesungguhnya semua perkaranya adalah baik. Jika ia mendapat kebahagiaan, ia bersyukur, dan itu adalah baik baginya. Jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, dan itu pun baik baginya." (HR. Muslim)
4. Memperoleh Pertolongan Allah
Orang yang memiliki harapan dan bersabar akan mendapatkan pertolongan dari Allah. Allah menyukai hamba-hamba-Nya yang sabar dalam menghadapi ujian hidup dan tidak berputus asa. Kesabaran adalah salah satu sebab turunnya pertolongan Allah, dan dengan pertolongan-Nya, apa yang diharapkan akan lebih mudah tercapai.
Dalil: Allah SWT berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 153)
5. Menjaga Ketenangan dan Ketabahan
Dalam menunggu dan berusaha meraih harapan, sering kali muncul kecemasan dan kekhawatiran. Sabar memberikan ketenangan hati dan membantu seseorang tetap tabah dalam menghadapi apapun yang terjadi. Dengan sabar, seseorang tidak tergesa-gesa dalam bertindak dan lebih mampu mengendalikan emosi ketika harapannya belum terwujud. Hal ini juga membantu menjaga kesehatan mental dan spiritual.
Hikmah: Orang yang sabar dalam menghadapi kesulitan akan selalu memiliki ketenangan, karena dia yakin bahwa setiap kesulitan akan diiringi dengan kemudahan.
Dalil: Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan." (QS. Al-Insyirah: 6)
Kesimpulan
Prinsip "Pangkal harapan adalah sabar" menekankan bahwa kesabaran adalah fondasi penting dalam menjaga dan meraih harapan. Kesabaran membantu seseorang melalui proses, menghindari putus asa, menguatkan iman, dan memperoleh pertolongan dari Allah. Dengan sabar, seseorang dapat tetap tenang dan tabah dalam menghadapi rintangan, serta terus yakin bahwa harapan akan terwujud pada waktu yang ditentukan oleh Allah.
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo