Tintasiyasi.id.com -- Wasiat Luqman Hakim kepada Anaknya Enam hal yang menghimpun ilmu orang-orang terdahulu dan ilmu orang-orang belakangan. Pertama. Jangan pernah kamu sibukkan dirimu dengan urusan dunia, kecuali sekedar memenuhi sisa umurmu. Kedua. Beribadahlah kepada Tuhanmu sesuai kadar kebutuhanmu kepada-Nya.
Wasiat Luqman Hakim kepada anaknya merupakan nasihat-nasihat bijak yang mengandung hikmah besar. Berikut ini adalah penjelasan mengenai enam hal yang menghimpun ilmu orang-orang terdahulu dan ilmu orang-orang belakangan, dimulai dengan dua hal:
Pertama, Jangan Pernah Kamu Sibukkan Dirimu dengan Urusan Dunia, Kecuali Sekedar Memenuhi Sisa Umurmu.
Luqman Hakim menasihati anaknya untuk tidak terlalu sibuk dengan urusan dunia. Urusan duniawi sering kali membuat kita lupa akan tujuan akhir hidup, yaitu beribadah kepada Allah dan mempersiapkan diri untuk akhirat. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai poin ini:
• Fokus pada Akhirat: Dunia ini sementara, sedangkan akhirat kekal. Menghabiskan terlalu banyak waktu dan tenaga untuk hal-hal duniawi bisa membuat kita melupakan persiapan untuk kehidupan setelah mati.
• Keseimbangan Hidup: Meskipun dunia penting untuk kehidupan sehari-hari, harus ada keseimbangan antara dunia dan akhirat. Hanya fokus pada dunia dapat mengabaikan aspek spiritual yang penting untuk kesejahteraan jiwa.
Kedua, Beribadahlah kepada Tuhanmu Sesuai Kadar Kebutuhanmu kepada-Nya
Luqman Hakim menekankan pentingnya beribadah kepada Allah sesuai dengan kebutuhan kita kepada-Nya. Kebutuhan kita kepada Allah sangat besar, mencakup semua aspek kehidupan. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai poin ini:
• Kebutuhan Spiritual: Manusia memiliki kebutuhan spiritual yang harus dipenuhi melalui ibadah. Beribadah kepada Allah memberikan ketenangan hati, kebahagiaan, dan keberkahan hidup.
• Konsistensi dalam Ibadah: Ibadah harus dilakukan dengan konsisten dan penuh kesungguhan, mencerminkan betapa besar kebutuhan kita kepada rahmat dan pertolongan Allah.
Empat Poin Lainnya dalam Wasiat Luqman Hakim, berikut adalah empat poin lain yang umumnya disarankan dan sejalan dengan semangat wasiatnya:
Ketiga, Jaga Lidahmu dan Bicaramu
Luqman menasihati anaknya untuk berhati-hati dengan apa yang diucapkan. Kata-kata memiliki kekuatan besar dan bisa membawa kebaikan atau keburukan.
Mengontrol lidah berarti menghindari ghibah, fitnah, dan perkataan yang tidak bermanfaat.
• Perkataan yang Baik: Selalu ucapkan kata-kata yang baik dan bijak. Hindari bicara tanpa berpikir karena bisa menyakiti orang lain atau membawa masalah.
• Diam Adalah Emas: Jika tidak ada yang baik untuk diucapkan, lebih baik diam. Diam juga bisa menjadi bentuk ibadah jika menjaga diri dari dosa lisan.
Keempat, Jauhilah Sifat Marah dan Dengki.
Sifat marah dan dengki merusak hati dan hubungan sosial. Luqman menasihati untuk mengendalikan amarah dan menghindari rasa iri kepada orang lain.
• Kesabaran: Latih diri untuk bersabar dalam segala situasi. Kesabaran membawa ketenangan dan keberkahan.
• Rasa Syukur: Selalu bersyukur atas apa yang dimiliki. Ini akan mengurangi rasa iri dan meningkatkan kebahagiaan.
Kelima, Pilih Teman yang Baik
Teman memiliki pengaruh besar dalam kehidupan seseorang. Luqman menasihati untuk memilih teman yang baik, yang dapat membawa kepada kebaikan dan menjauhkan dari keburukan.
• Lingkungan Positif: Teman yang baik menciptakan lingkungan yang mendukung untuk beribadah dan melakukan kebaikan.
• Teladan yang Baik: Teman yang baik menjadi teladan dan motivasi untuk memperbaiki diri.
Keenam, Carilah Ilmu yang Bermanfaat
Ilmu adalah cahaya yang menerangi jalan hidup. Luqman menasihati anaknya untuk selalu mencari ilmu yang bermanfaat, yang bisa membawa kepada kebaikan dunia dan akhirat.
• Ilmu Agama dan Dunia: Seimbangkan antara ilmu agama dan ilmu dunia. Keduanya penting untuk menjalani kehidupan yang bermanfaat dan diridhai Allah.
• Amalkan Ilmu: Ilmu harus diamalkan. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan mengamalkan enam poin ini, seseorang dapat menjalani hidup yang lebih bermakna dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, sebagaimana nasihat bijak dari Luqman Hakim kepada anaknya.
Beramallah untuk akherat sesuai kadar yang kau inginkan untuk tinggal di sana.
Wasiat Luqman Hakim ini mengandung pesan mendalam tentang pentingnya mempersiapkan diri untuk kehidupan di akhirat. Berikut adalah penjelasan terkait wasiat tersebut:
"Beramallah untuk Akhirat Sesuai Kadar yang Kau Inginkan untuk Tinggal di Sana."
Wasiat ini mengingatkan bahwa kehidupan di akhirat adalah kehidupan yang kekal, sementara kehidupan dunia hanyalah sementara. Oleh karena itu, Luqman Hakim menasihati untuk mengukur amalan yang kita lakukan berdasarkan seberapa besar kita ingin mendapatkan kebaikan dan kedudukan di akhirat. Berikut adalah beberapa poin penting yang dapat dipahami dari nasihat ini:
Pertama, Kesadaran akan Kehidupan Akhirat.
• Kekekalan Akhirat: Kehidupan di dunia sangat singkat dibandingkan dengan kehidupan di akhirat yang abadi. Memahami bahwa akhirat adalah tempat tinggal yang sebenarnya bagi setiap manusia akan membuat kita lebih bijaksana dalam menentukan prioritas hidup.
• Investasi Abadi: Amalan yang dilakukan untuk akhirat adalah investasi abadi yang hasilnya akan dinikmati selamanya. Oleh karena itu, beramallah dengan sungguh-sungguh sesuai dengan harapan kita akan tempat tinggal kita di akhirat.
Kedua, Proporsi Amalan Dunia dan Akhirat
• Seimbangkan Keduanya: Meskipun dunia memiliki kebutuhan dan tuntutan yang harus dipenuhi, akhirat harus menjadi fokus utama. Hal ini bukan berarti meninggalkan dunia sepenuhnya, tetapi memastikan bahwa amalan dunia juga diarahkan untuk meraih akhirat.
• Prioritas Amalan: Jika seseorang ingin meraih kedudukan tinggi di akhirat, maka ia harus memperbanyak amal saleh, seperti shalat, puasa, sedekah, dan berbagai bentuk ibadah lainnya. Berapa banyak amal yang kita lakukan seharusnya mencerminkan seberapa besar kita ingin berada dalam kebaikan di akhirat.
Ketiga, Perencanaan Spiritual
• Tetapkan Target Akhirat: Sama seperti kita merencanakan kehidupan dunia, kita juga harus memiliki rencana spiritual untuk akhirat. Tetapkan target harian, mingguan, atau bulanan dalam hal ibadah dan amal saleh yang ingin dicapai.
• Konsistensi dalam Ibadah: Untuk mencapai target tersebut, diperlukan konsistensi dalam ibadah. Mulailah dengan amal-amal kecil namun konsisten, kemudian tingkatkan seiring waktu.
Inti Pesan
Pesan utama dari wasiat ini adalah bahwa kita harus mempersiapkan diri dengan baik untuk akhirat, karena seberapa besar kita beramal di dunia akan menentukan seberapa baik tempat kita di akhirat. Jika kita menginginkan tempat yang mulia di akhirat, maka kita harus beramal dengan sungguh-sungguh dan berusaha mencapai sebanyak mungkin kebaikan selama kita masih hidup di dunia ini.
Dengan mengikuti nasihat ini, kita akan selalu terdorong untuk menjadikan akhirat sebagai prioritas utama, sehingga hidup kita di dunia pun akan lebih terarah dan bermakna.
Hendaklah kesibukanmu hanya untuk membebaskan dirimu dari neraka, selama kamu belum yakin bahwa kamu bisa selamat darinya.
Wasiat ini menekankan pentingnya fokus utama dalam kehidupan, yaitu berusaha keras untuk membebaskan diri dari potensi siksaan di neraka, selama kita belum yakin sepenuhnya akan keselamatan kita dari siksa tersebut. Berikut adalah beberapa poin penting yang dapat dipahami dari nasihat ini:
Pertama, Fokus pada Keselamatan Akhirat.
• Prioritas Utama: Dalam menjalani kehidupan di dunia, sering kali kita disibukkan dengan urusan-urusan yang bersifat duniawi, seperti pekerjaan, harta, dan kenikmatan dunia. Namun, wasiat ini mengingatkan kita bahwa prioritas utama seharusnya adalah keselamatan akhirat. Mengingat bahwa kehidupan dunia adalah sementara, sedangkan akhirat adalah kekal, keselamatan dari neraka harus menjadi tujuan yang paling penting.
Kedua, Ketidakpastian Keselamatan
• Kesadaran akan Dosa dan Kesalahan: Manusia adalah makhluk yang tidak luput dari dosa dan kesalahan. Tidak ada jaminan bagi kita bahwa kita akan selamat dari azab neraka, kecuali dengan rahmat dan ampunan Allah serta usaha kita untuk bertaubat dan beramal saleh. Wasiat ini mengingatkan bahwa selama kita belum memiliki kepastian akan keselamatan kita di akhirat, kita harus terus berusaha memperbaiki diri dan menjauhkan diri dari segala hal yang dapat membawa kita ke neraka.
Ketiga, Berusaha dengan Sungguh-sungguh
• Beramal untuk Keselamatan: Wasiat ini mengajarkan agar kita mengisi waktu kita dengan amal-amal yang dapat membebaskan kita dari azab neraka, seperti shalat, puasa, sedekah, membaca Al-Quran, berbuat baik kepada sesama, dan menjauhi perbuatan maksiat. Selama masih ada kesempatan, kita harus terus berusaha dan tidak merasa puas atau aman sebelum kita yakin bahwa kita berada di jalan yang benar menuju keselamatan.
Keempat, Menghindari Kesenangan Dunia yang Menyesatkan
• Waspada terhadap Godaan Dunia: Dunia penuh dengan godaan yang bisa membuat kita terlena dan melupakan tujuan utama hidup, yaitu mencari ridha Allah dan keselamatan di akhirat. Wasiat ini mengingatkan kita untuk waspada terhadap kesenangan dunia yang bisa menjauhkan kita dari Allah dan mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh untuk menghadapi kehidupan setelah mati.
Inti Pesan
Inti dari wasiat ini adalah bahwa kita harus menjadikan usaha untuk membebaskan diri dari neraka sebagai fokus utama dalam hidup, selama kita masih hidup di dunia. Selama kita belum yakin akan keselamatan kita di akhirat, kita harus terus berusaha, bertaubat, dan memperbaiki diri dengan memperbanyak amal saleh dan menjauhi segala bentuk maksiat. Ini adalah jalan yang akan membawa kita pada keselamatan dan kebahagiaan abadi di akhirat.
Sesuaikan kelancanganmu dalam melakukan maksiat dengan kadar ketabahanmu menahan siksa Allah.
Wasiat ini menyampaikan pesan yang sangat mendalam dan penuh hikmah. Berikut penjelasan dari wasiat tersebut:
Sesuaikan Kelancanganmu dalam Melakukan Maksiat dengan Kadar Ketabahanmu Menahan Siksa Allah
Wasiat ini mengingatkan kita untuk merenungkan dan mengevaluasi diri sebelum melakukan perbuatan maksiat (dosa). Jika seseorang berani melakukan dosa, maka dia seharusnya siap menanggung konsekuensinya, yaitu siksa Allah. Berikut adalah beberapa poin yang dapat dipahami dari wasiat ini:
Pertama, Kesadaran akan Konsekuensi Maksiat
• Merenungkan Akibat: Sebelum seseorang melakukan maksiat, dia harus memikirkan akibat yang akan ditanggungnya di akhirat. Siksa Allah di neraka sangatlah berat, dan tidak ada manusia yang mampu menahan atau bertahan dari azab-Nya. Wasiat ini mengajak kita untuk mempertimbangkan apakah kita benar-benar siap menanggung siksa tersebut sebelum berani melanggar perintah Allah.
Kedua, Menghentikan Kelancangan dalam Bermaksiat.
• Timbangkan Ketabahan: Tidak ada yang memiliki ketabahan atau kekuatan untuk menahan siksa Allah yang sangat dahsyat. Jika kita merasa tidak mampu menahan siksa, maka kita seharusnya menahan diri dari kelancangan atau keberanian dalam melakukan maksiat. Ketabahan terhadap siksa tidak mungkin kita miliki, maka satu-satunya pilihan adalah meninggalkan perbuatan maksiat.
Ketiga, Mengingat Keterbatasan Manusia.
• Keterbatasan Daya Tahan: Manusia sangat lemah di hadapan Allah. Siksaan di akhirat bukanlah sesuatu yang bisa dihadapi dengan kekuatan fisik atau mental yang kita miliki di dunia. Wasiat ini mengajarkan bahwa mengingat kelemahan kita dan ketidakmampuan menahan azab Allah seharusnya membuat kita lebih berhati-hati dalam bertindak dan menjauhkan diri dari dosa.
Keempat, Kesadaran Diri dan Taubat.
• Taubat sebagai Jalan Keselamatan: Jika seseorang telah melakukan dosa, wasiat ini juga mengingatkan pentingnya segera bertaubat. Dengan taubat, kita memohon ampunan Allah dan berharap untuk terhindar dari siksa yang mungkin datang akibat dosa tersebut. Taubat juga merupakan tanda ketundukan dan pengakuan akan kelemahan diri di hadapan Allah.
Inti Pesan
Pesan inti dari wasiat ini adalah pengingat bahwa manusia harus selalu mempertimbangkan konsekuensi dari perbuatannya, terutama ketika hendak melakukan dosa. Karena tidak ada seorang pun yang mampu menahan siksa Allah, seharusnya kita menahan diri dari perbuatan maksiat dan selalu berusaha untuk menjaga diri dari segala bentuk pelanggaran terhadap perintah Allah.
Wasiat ini mendorong kita untuk hidup dengan kesadaran penuh akan akibat dari setiap tindakan kita, baik di dunia maupun di akhirat, dan selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah dengan meninggalkan perbuatan yang dilarang.
Apabila kamu ingin melakukan maksiat kepada Allah, maka carilah tempat yang di situ Allah dan para malaikat-Nya tidak dapat meihatmu.
Wasiat ini mengandung pesan yang sangat kuat tentang kesadaran akan kehadiran Allah dan pengawasan-Nya yang tidak terbatas. Berikut adalah penjelasan dari wasiat tersebut:
Apabila Kamu Ingin Melakukan Maksiat kepada Allah, Maka Carilah Tempat yang di Situ Allah dan Para Malaikat-Nya Tidak Dapat Melihatmu
Wasiat ini merupakan pengingat mendalam bahwa tidak ada tempat di mana seseorang bisa bersembunyi dari pengawasan Allah dan malaikat-Nya. Maksiat (dosa) sering kali dilakukan dengan keyakinan bahwa tidak ada yang melihat atau mengetahui, namun wasiat ini mengingatkan bahwa:
Pertama, Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui.
• Pengawasan Allah yang Tak Terbatas: Allah SWT adalah Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Tidak ada satu pun tempat di alam semesta ini yang luput dari pengawasan-Nya. Bahkan di tempat yang paling tersembunyi sekalipun, Allah tetap melihat setiap perbuatan manusia.
• Kesadaran Akan Kehadiran Allah: Wasiat ini mengajak kita untuk selalu sadar akan kehadiran Allah di setiap saat dan di setiap tempat. Ketika seseorang menyadari bahwa Allah selalu melihatnya, maka ia akan merasa malu dan takut untuk melakukan maksiat.
Kedua, Malaikat Sebagai Pencatat Amal.
• Malaikat Raqib dan Atid: Setiap manusia selalu diawasi oleh dua malaikat, yaitu Raqib dan Atid, yang bertugas mencatat segala perbuatan baik dan buruk. Ini berarti setiap maksiat yang dilakukan tidak hanya diketahui oleh Allah, tetapi juga dicatat oleh malaikat untuk diperhitungkan di hari kiamat.
Ketiga, Tidak Ada Tempat untuk Bersembunyi.
• Ketidakmungkinan Bersembunyi dari Allah: Wasiat ini menggunakan logika yang sederhana namun mendalam: jika seseorang berpikir untuk melakukan dosa, dia seharusnya mencari tempat di mana Allah tidak dapat melihatnya. Namun, karena tidak ada tempat seperti itu, maka ini seharusnya mencegah seseorang dari melakukan maksiat.
Keempat Mendorong untuk Meninggalkan Maksiat.
• Peringatan Keras: Wasiat ini bukan hanya memberikan peringatan, tetapi juga mendorong untuk benar-benar meninggalkan maksiat. Jika seseorang menyadari bahwa Allah dan malaikat-Nya selalu mengawasi, maka ia akan berpikir seribu kali sebelum berani melakukan dosa.
• Kesadaran Akan Pengawasan Ilahi: Wasiat ini bertujuan untuk menanamkan kesadaran dalam diri seseorang bahwa ia selalu berada di bawah pengawasan Allah. Dengan kesadaran ini, diharapkan seseorang akan lebih berhati-hati dalam setiap tindakan dan menjauh dari perbuatan dosa.
Inti Pesan
Pesan inti dari wasiat ini adalah tidak ada tempat di alam semesta ini di mana kita bisa bersembunyi dari Allah dan malaikat-Nya. Kesadaran akan pengawasan Allah yang selalu ada seharusnya menjadi penghalang bagi kita untuk melakukan maksiat.
Wasiat ini mengajarkan kita untuk selalu ingat bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui, sehingga kita harus berusaha menjauhkan diri dari segala bentuk dosa dan maksiat, serta berusaha untuk selalu berada di jalan yang diridhai-Nya.
Oleh: DR Nasrul Syarif M.Si.
(Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Psikologi Pendidikan Pascasarjana UIT Lirboyo)