TintaSiyasi.id -- Beberapa hari ini ramai mengenai kurikulum cabul di mana buku-buku sastra yang mengandung narasi cabul masuk dijadikan menjadi buku rujukan untuk membangun karakter dan budaya literasi, setelah mengalami protes dari berbagai kalangan termasuk PP Muhammadiyah. Akhirnya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah memutuskan untuk mengeluarkan buku yang dianggap mengandung narasi cabul dari daftar sastra yang masuk dalam kurikulum nasional. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap kritik dari berbagai pihak yang menyoroti konten buku tersebut. Keputusan ini bertujuan untuk memastikan bahwa materi pendidikan yang disajikan kepada siswa sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika yang diharapkan oleh masyarakat.
Langkah ini menunjukkan komitmen Kemendikbudristek untuk mendengarkan dan merespons masukan dari masyarakat, serta memastikan bahwa kurikulum pendidikan nasional tetap relevan dan sesuai dengan kebutuhan serta harapan masyarakat. Dengan demikian, siswa dapat menerima pendidikan yang berkualitas tanpa mengabaikan aspek moral dan etika.
Siapa yang memprotes buku sastra yang dianggap mengandung narasi cabul? Apa saja isi dari buku sastra yang dianggap cabul? Apa tujuan Kemendikbudristek mengeluarkan buku tersebut dari kurikulum?
Protes terhadap buku sastra yang dianggap mengandung narasi cabul umumnya datang dari berbagai kalangan masyarakat, termasuk:
1. Orang tua siswa: Banyak orang tua merasa khawatir bahwa konten buku yang mengandung narasi cabul dapat memberikan pengaruh negatif pada perkembangan moral dan etika anak-anak mereka.
2. Kelompok konservatif dan organisasi keagamaan: Kelompok ini sering kali memiliki pandangan yang sangat ketat terhadap konten yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai moral dan keagamaan.
3. Lembaga pendidikan: Beberapa guru dan lembaga pendidikan mungkin juga merasa bahwa konten tersebut tidak pantas untuk diajarkan di sekolah dan dapat berdampak negatif pada lingkungan belajar.
Isi dari Buku Sastra yang Dianggap Cabul
Buku-buku yang dianggap mengandung narasi cabul biasanya memuat konten seperti:
• Deskripsi seksual eksplisit: Adegan atau narasi yang menggambarkan aktivitas seksual secara detail.
• Bahasa vulgar: Penggunaan bahasa yang kasar atau tidak pantas.
• Tema yang kontroversial: Cerita yang berfokus pada tema seperti perselingkuhan, pelecehan seksual, atau topik lain yang dianggap tidak pantas untuk usia siswa tertentu.
Tujuan Kemendikbudristek Mengeluarkan Buku dari Kurikulum
Tujuan utama Kemendikbudristek mengeluarkan buku yang dianggap mengandung narasi cabul dari kurikulum nasional adalah:
1. Melindungi Moral dan Etika Siswa: Menjaga agar konten yang diajarkan di sekolah sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika yang diharapkan oleh masyarakat.
2. Menjamin Kualitas Pendidikan: Memastikan bahwa materi pendidikan yang disajikan kepada siswa adalah berkualitas tinggi dan sesuai dengan usia serta tingkat perkembangan siswa
3. Menanggapi Kritik dan Masukan Masyarakat: Menunjukkan bahwa pemerintah mendengarkan dan merespons masukan dari berbagai pihak terkait konten pendidikan yang dianggap tidak pantas.
4. Menciptakan Lingkungan Belajar yang Aman dan Nyaman: Menyediakan materi pendidikan yang tidak kontroversial dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan di lingkungan belajar.
Dengan langkah ini, Kemendikbudristek berharap dapat menciptakan kurikulum yang lebih aman, nyaman, dan sesuai dengan harapan masyarakat luas. Demikian jawaban dari kemendikbudristek.
Sekarang bagaimana konsep pendidikan dalam Islam dan bagaimana membangun kepribadian Islam itu.
Konsep Pendidikan dalam Islam
Konsep pendidikan dalam Islam adalah menyeluruh dan integral, mencakup berbagai aspek kehidupan manusia dengan tujuan untuk mengembangkan individu secara utuh—baik dari segi intelektual, spiritual, moral, maupun sosial. Berikut adalah beberapa prinsip utama dari konsep pendidikan dalam Islam:
1. Tauhid (Keimanan)
Pendidikan Islam menekankan pentingnya keimanan kepada Allah SWT sebagai dasar dari segala ilmu dan pengetahuan. Tujuan utama pendidikan adalah untuk mengenal dan menyembah Allah serta memahami dan menjalankan ajaran-Nya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Penyatuan Ilmu dan Amal
Ilmu dalam Islam tidak hanya dipelajari untuk kepentingan intelektual semata, tetapi harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu dan amal harus berjalan seiring untuk mencapai kesempurnaan hidup.
3. Pengembangan Akhlak
Pendidikan dalam Islam sangat menekankan pada pengembangan akhlak yang mulia. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” Pendidikan bertujuan untuk membentuk individu yang berakhlak baik, jujur, amanah, dan bertanggung jawab.
4. Komprehensif (Syumuliah)
Pendidikan Islam mencakup semua aspek kehidupan, termasuk spiritual, moral, intelektual, fisik, sosial, dan emosional. Ini berarti bahwa pendidikan harus holistik dan berusaha mengembangkan setiap aspek individu.
5. Berbasis pada Al-Qur’an dan Hadis
Sumber utama dari pendidikan Islam adalah Al-Qur’an dan Hadis. Kedua sumber ini memberikan panduan lengkap tentang bagaimana seharusnya seorang Muslim menjalani kehidupannya.
6. Tujuan Akhir Kehidupan
Pendidikan dalam Islam mengajarkan bahwa kehidupan di dunia ini adalah sementara dan merupakan ujian untuk kehidupan akhirat.
Oleh karena itu, pendidikan harus mempersiapkan individu untuk sukses di dunia dan akhirat.
7. Pentingnya Ilmu Pengetahuan
Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan dan mendorong umatnya untuk terus belajar dan menuntut ilmu. Dalam Islam, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan.
8. Pembinaan Sosial
Pendidikan Islam juga menekankan pentingnya tanggung jawab sosial dan kewajiban untuk berkontribusi terhadap masyarakat. Pendidikan harus mempersiapkan individu untuk berperan aktif dalam membangun masyarakat yang adil dan sejahtera.
9. Keseimbangan Dunia dan Akhirat
Pendidikan harus mengajarkan keseimbangan antara kebutuhan duniawi dan persiapan untuk kehidupan akhirat. Seorang Muslim diajarkan untuk mencapai kesuksesan di dunia tanpa melupakan tujuan akhirat.
10. Pendidikan Sepanjang Hayat
Islam mendorong konsep belajar sepanjang hayat. Proses pendidikan tidak berhenti setelah seseorang lulus dari institusi formal, tetapi berlanjut sepanjang hidup.
Implementasi dalam Sistem Pendidikan
1. Kurikulum Berbasis Islam: Mengintegrasikan ajaran Islam dalam semua mata pelajaran.
2. Pendidikan Karakter: Menekankan pembentukan karakter Islami seperti jujur, amanah, sabar, dan tawakkal.
3. Pembelajaran Aktif: Menggunakan metode pembelajaran yang mendorong partisipasi aktif siswa.
4. Lingkungan Islami: Menciptakan lingkungan pendidikan yang Islami dan kondusif untuk belajar.
Dengan prinsip-prinsip ini, pendidikan dalam Islam berusaha membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga memiliki karakter yang mulia dan berakhlak baik, siap untuk berkontribusi secara positif dalam masyarakat serta meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Konsep Kepribadian Islam itu dibangun dengan dua Unsur : Pola pikir yang di landasi oleh Aqidah Islam dan Pola nafsu yang dikendalikan juga oleh aqidah Islam.
Konsep kepribadian dalam Islam, atau yang sering disebut sebagai "Syakhsiyah Islamiyah," dibangun dengan dua unsur utama: pola pikir (fikrah) yang dilandasi oleh aqidah Islam, dan pola nafsu (nafsiyah) yang dikendalikan juga oleh aqidah Islam. Kedua unsur ini saling berkaitan dan membentuk kepribadian seorang Muslim yang seimbang dan utuh. Berikut penjelasan lebih rinci mengenai kedua unsur tersebut:
1. Pola Pikir (Fikrah) yang Dilandasi oleh Aqidah Islam
Fikrah adalah cara berpikir atau pola pikir yang didasarkan pada keyakinan (aqidah) Islam. Dalam Islam, aqidah adalah fondasi utama yang membentuk dan mengarahkan cara berpikir seorang Muslim. Pola pikir ini mencakup:
• Pemahaman tentang Tauhid: Keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah, yang menciptakan dan mengatur alam semesta. Pola pikir ini menciptakan kesadaran akan tujuan hidup yang berorientasi pada keridhaan Allah.
• Pandangan Hidup Islami: Cara pandang seorang Muslim terhadap kehidupan, dunia, dan akhirat berdasarkan ajaran Islam. Ini mencakup keyakinan tentang qadar (takdir), kehidupan setelah mati, dan prinsip-prinsip syariah yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia, dan alam semesta.
• Ilmu Pengetahuan dan Akhlak: Pola pikir yang mendorong pencarian ilmu sebagai bentuk ibadah dan kewajiban. Ilmu yang diperoleh harus bermanfaat dan digunakan sesuai dengan akhlak Islam.
2. Pola Nafsu (Nafsiyah) yang Dikendalikan oleh Aqidah Islam
Nafsiyah adalah pola keinginan, hasrat, dan emosi yang dikendalikan dan diarahkan oleh aqidah Islam. Dalam Islam, nafsu manusia tidak boleh dibiarkan liar dan harus dikendalikan agar tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Pola nafsu ini mencakup:
• Kendali Diri (Tazkiyah an-Nafs): Upaya untuk membersihkan dan menyucikan diri dari sifat-sifat buruk seperti keserakahan, iri hati, amarah, dan lain-lain. Ini dilakukan melalui ibadah, zikir, dan perenungan.
• Akhlak Mulia: Pengendalian emosi dan tindakan sesuai dengan akhlak mulia yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, seperti sabar, ikhlas, rendah hati, dan pemaaf.
• Motivasi dan Tujuan Hidup: Nafsu yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan ajaran Islam, seperti mencari ridha Allah, berbuat kebaikan kepada sesama, dan berkontribusi positif dalam masyarakat.
Implementasi dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Pembentukan Pola Pikir Islami:
o Pendidikan Agama: Mengajarkan aqidah dan nilai-nilai Islam sejak dini.
o Kajian dan Diskusi: Aktif mengikuti kajian Islam dan berdiskusi tentang isu-isu keagamaan untuk memperdalam pemahaman.
o Membaca dan Mengkaji Al-Qur’an dan Hadis: Membaca dan mengkaji Al-Qur’an dan Hadis untuk mendapatkan petunjuk hidup yang benar.
2. Pengendalian Pola Nafsu:
o Ibadah Rutin: Melaksanakan shalat, puasa, dan ibadah lainnya secara rutin untuk memperkuat kendali diri.
o Zikir dan Doa: Berzikir dan berdoa untuk mendapatkan ketenangan batin dan kekuatan spiritual.
o Mujahadah (Perjuangan Melawan Nafsu): Berjuang melawan godaan dan nafsu yang negatif dengan tekad dan usaha yang kuat.
Kesimpulan
Kepribadian Islam yang utuh terbentuk melalui integrasi yang harmonis antara pola pikir dan pola nafsu yang didasarkan dan dikendalikan oleh aqidah Islam. Seorang Muslim yang memiliki kepribadian Islam yang kuat akan mampu berpikir dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai Islam, menjadikan aqidah sebagai landasan dalam setiap aspek kehidupannya. Dengan demikian, kepribadian yang terbentuk tidak hanya berorientasi pada kehidupan dunia, tetapi juga mempersiapkan untuk kehidupan akhirat, menciptakan individu yang seimbang, berakhlak mulia, dan berkontribusi positif bagi masyarakat.
Contoh Karakter terbaik yang memiliki Syakhsiyah Islamiyah yang unggul adalah para sahabat Nabi.
Para sahabat Nabi Muhammad SAW merupakan contoh terbaik dari individu yang memiliki Syakhsiyah Islamiyah yang unggul. Mereka dikenal karena keimanan yang kuat, akhlak yang mulia, serta dedikasi mereka dalam mengikuti ajaran Islam. Berikut beberapa contoh karakter unggul dari para sahabat Nabi:
1. Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar dikenal karena kejujuran, keimanan, dan keberaniannya. Dia adalah sahabat yang paling dekat dengan Nabi Muhammad SAW dan orang pertama yang masuk Islam di luar keluarga Nabi. Karakteristik unggulnya termasuk:
• Keimanan yang Kuat: Kepercayaannya yang tak tergoyahkan kepada Allah dan Rasul-Nya.
• Pengorbanan: Mengorbankan hartanya untuk mendukung perjuangan Islam.
• Kepemimpinan: Memimpin umat Islam dengan bijaksana sebagai khalifah pertama setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.
2. Umar bin Khattab
Umar dikenal karena keberaniannya, keadilan, dan ketegasannya. Dia adalah khalifah kedua dan memainkan peran penting dalam perluasan wilayah Islam. Karakteristik unggulnya termasuk:
• Keadilan: Menegakkan keadilan tanpa pandang bulu, bahkan terhadap dirinya sendiri dan keluarganya.
• Kepemimpinan yang Tegas: Mengambil keputusan dengan tegas dan adil, serta memastikan keamanan dan kesejahteraan umat Islam.
• Ketakwaan: Selalu mengutamakan perintah Allah dan Rasul-Nya dalam setiap keputusan.
3. Utsman bin Affan
Utsman dikenal karena kedermawanan, kelembutan, dan kepemimpinannya yang bijak. Dia adalah khalifah ketiga yang berjasa dalam kodifikasi Al-Qur’an. Karakteristik unggulnya termasuk:
• Kedermawanan: Sering menyumbangkan hartanya untuk kepentingan umat Islam, termasuk membiayai ekspedisi militer.
• Kesabaran: Tetap sabar dan tenang dalam menghadapi fitnah dan konflik.
• Keteguhan dalam Iman: Selalu menjaga keimanan dan ibadah meskipun dalam kondisi sulit.
4. Ali bin Abi Thalib
Ali dikenal karena kebijaksanaannya, keberanian, dan pengetahuannya. Dia adalah khalifah keempat dan terkenal sebagai salah satu orang yang paling dekat dengan Nabi Muhammad SAW. Karakteristik unggulnya termasuk:
• Keberanian: Bertempur dengan gagah berani dalam berbagai pertempuran demi mempertahankan Islam.
• Kebijaksanaan: Dikenal sebagai hakim yang bijak dan banyak memberikan nasihat yang berharga.
• Ilmu Pengetahuan: Memiliki pengetahuan yang luas tentang Islam dan ajaran Nabi Muhammad SAW.
5. Khadijah binti Khuwailid
Khadijah adalah istri pertama Nabi Muhammad SAW yang dikenal karena keimanan, kesetiaan, dan dukungannya yang tanpa syarat kepada Nabi. Karakteristik unggulnya termasuk:
• Keimanan yang Kuat: Orang pertama yang beriman kepada Nabi Muhammad SAW dan selalu mendukungnya dalam setiap langkah dakwah.
• Pengorbanan: Mengorbankan harta dan kenyamanan pribadinya demi mendukung perjuangan Islam.
• Kesetiaan: Selalu setia dan mendampingi Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi berbagai tantangan.
6. Aisyah binti Abu Bakar
Aisyah adalah istri Nabi Muhammad SAW yang dikenal karena kecerdasannya, ilmunya, dan perannya dalam menyebarkan hadits. Karakteristik unggulnya termasuk:
• Kecerdasan dan Ilmu: Menguasai berbagai ilmu agama dan menjadi salah satu periwayat hadits yang terpercaya.
• Keberanian: Berani menyuarakan pendapat dan memberikan nasihat dalam berbagai isu yang dihadapi umat Islam.
• Keteguhan dalam Iman: Menunjukkan keteguhan dalam iman dan ibadahnya.
Para sahabat Nabi Muhammad SAW adalah contoh nyata dari individu yang memiliki Syakhsiyah Islamiyah yang unggul. Mereka menunjukkan bagaimana keimanan yang kuat, akhlak yang mulia, dan dedikasi kepada Islam dapat membentuk kepribadian yang luar biasa dan memberikan kontribusi besar bagi umat Islam dan dunia.
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Sekjen Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa