TintaSiyasi.id -- Ada tiga hal yang mesti dipegang oleh seorang mukmin dalam segala kondisi: Pertama. Perintah yang harus dilaksanakan. Kedua. Larangan yang harus dijauhi. Ketiga. Takdir yang harus diterimanya dengan segala keridhaan.
Tiga hal yang mesti dipegang oleh seorang mukmin dalam segala kondisi adalah:
1. Perintah yang harus dilaksanakan: Seorang mukmin harus selalu mematuhi perintah Allah SWT dalam setiap aspek kehidupan. Ini mencakup menjalankan ibadah wajib seperti salat, puasa, zakat, dan haji, serta melakukan perbuatan baik dan amal saleh lainnya yang dianjurkan dalam Islam.
2. Larangan yang harus dijauhi: Selain menjalankan perintah, seorang mukmin juga harus menjauhi segala larangan Allah SWT. Ini termasuk menghindari perbuatan dosa, maksiat, dan segala hal yang dilarang dalam agama Islam seperti riba, zina, minum minuman keras, dan perbuatan tercela lainnya.
3. Takdir yang harus diterimanya dengan segala keridhaan: Seorang mukmin harus menerima segala ketentuan dan takdir yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dengan ikhlas dan ridha. Baik itu berupa ujian, musibah, atau rezeki yang didapatkan, semuanya harus diterima dengan lapang dada dan keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah yang terbaik menurut Allah SWT.
Dengan memegang teguh ketiga hal ini, seorang mukmin akan senantiasa berada dalam jalan yang diridhai oleh Allah SWT dan meraih ketenangan serta kebahagiaan dalam hidupnya.
Nasehat Syekh Abdul Qadir Al-Jailani: Ikutilah sunah dan jangan membuat-buat bid'ah!. Patuhilah syariat dan jangan melanggar!
Nasihat dari Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani menekankan pentingnya mengikuti ajaran Islam yang murni dan menghindari penyimpangan. Berikut penjelasan dari nasehat tersebut:
1. Ikutilah Sunnah dan jangan membuat-buat bid'ah:
• Sunnah: Merujuk pada ajaran, tindakan, dan kebiasaan Nabi Muhammad SAW. Mengikuti sunnah berarti meneladani perilaku dan amalan Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari.
• Bid'ah: Inovasi atau penambahan dalam hal ibadah yang tidak memiliki dasar dalam ajaran Islam. Bid'ah dianggap sebagai penyimpangan dari jalan yang lurus dan murni yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menekankan agar umat Islam senantiasa berpegang pada sunnah dan menjauhi segala bentuk bid'ah untuk menjaga kemurnian ajaran Islam dan mendapatkan ridha Allah SWT.
2. Patuhilah syariat dan jangan melanggar:
• Syariat: Hukum dan peraturan yang ditetapkan oleh Allah SWT dan dijelaskan melalui Al-Quran dan Hadis. Syariat mencakup segala aspek kehidupan, termasuk ibadah, muamalah (hubungan antar manusia), akhlak, dan hukum pidana.
• Melanggar syariat: Bertindak atau berperilaku yang bertentangan dengan hukum dan peraturan Islam. Melanggar syariat berarti meninggalkan kewajiban, melakukan hal-hal yang dilarang, atau menyimpang dari ajaran Islam.
Nasihat ini mengingatkan umat Islam untuk selalu mematuhi syariat dalam setiap aspek kehidupan mereka, sehingga hidup mereka sesuai dengan kehendak Allah SWT dan terhindar dari dosa serta kesalahan.
Dengan mengikuti sunnah dan mematuhi syariat, seorang mukmin akan menjalani kehidupan yang diridhai Allah SWT dan meneladani Nabi Muhammad SAW, sehingga mencapai keberkahan dan keselamatan dunia dan akhirat.
Bertauhidlah dan jangan menyekutukan-Nya! Sucikanlah Allah SWT dan jangan tuding keburukan kepada-Nya!
Nasehat Syekh Abdul Qadir Al-Jailani ini menekankan dua prinsip utama dalam aqidah dan adab terhadap Allah SWT:
1. Bertauhidlah dan jangan menyekutukan-Nya:
• Tauhid: Merupakan konsep dasar dalam Islam yang menegaskan keesaan Allah SWT. Tauhid mengajarkan bahwa hanya ada satu Tuhan yang berhak disembah, yaitu Allah SWT, tanpa sekutu atau partner.
• Syirik: Menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu yang lain, baik dalam bentuk penyembahan berhala, mempercayai kekuatan selain Allah, atau memberikan sifat-sifat Allah kepada makhluk lain. Syirik adalah dosa terbesar dalam Islam dan merusak iman seseorang.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengingatkan agar umat Islam senantiasa menjaga kemurnian tauhid mereka dan menjauhi segala bentuk syirik. Ini adalah fondasi utama dalam keimanan seorang mukmin.
2. Sucikanlah Allah SWT dan jangan tuding keburukan kepada-Nya:
• Mensucikan Allah (Tanzih): Mengakui bahwa Allah SWT adalah Maha Suci, bebas dari segala kekurangan, ketidaksempurnaan, dan kesalahan. Ini termasuk mengimani bahwa segala sifat Allah adalah sifat yang sempurna dan mulia.
• Menuduh keburukan kepada Allah: Merupakan tindakan yang sangat terlarang dalam Islam. Menuduh Allah SWT berbuat salah atau tidak adil adalah bentuk penghinaan terhadap-Nya dan menunjukkan ketidakfahaman akan kebesaran dan keadilan Allah.
Nasihat ini mengingatkan umat Islam untuk selalu memelihara adab dan sikap yang benar terhadap Allah SWT, dengan tidak pernah menyalahkan-Nya atas apa yang terjadi dalam hidup. Segala sesuatu yang terjadi, baik atau buruk menurut pandangan manusia, adalah bagian dari takdir dan kebijaksanaan Allah yang tidak selalu bisa dipahami sepenuhnya oleh akal manusia.
Dengan bertauhid dan mensucikan Allah SWT, seorang mukmin akan memiliki iman yang kuat dan sikap yang benar dalam menghadapi segala keadaan, selalu bersyukur dan ridha atas ketentuan Allah SWT, serta menjauhkan diri dari segala bentuk kesyirikan dan penghinaan terhadap Sang Pencipta.
Mintalah selalu kepada-Nya! Dan jangan pernah merasa jemu! Tunggu dan berharaplah, jangan kau ragu dan meragukan belaian kasih-Nya.
Nasihat ini menekankan pentingnya ketergantungan penuh kepada Allah SWT dan keyakinan dalam rahmat serta kasih sayang-Nya. Berikut penjelasannya:
1. Mintalah selalu kepada-Nya! dan jangan pernah merasa jemu!:
• Berdoa dan Memohon kepada Allah: Seorang mukmin dianjurkan untuk selalu berdoa dan memohon pertolongan, bimbingan, dan kebutuhan kepada Allah SWT. Doa adalah bentuk ibadah dan manifestasi dari ketergantungan kita kepada-Nya.
• Tidak Berputus Asa: Umat Islam diajarkan untuk tidak pernah merasa jemu atau bosan dalam berdoa. Allah SWT mendengar setiap doa dan permohonan hamba-Nya, dan kita harus terus berdoa dengan penuh harap dan keyakinan, meskipun jawaban dari doa tersebut belum datang atau tidak sesuai dengan harapan kita.
2. Tunggu dan berharaplah, jangan kau ragu dan meragukan belaian kasih-Nya:
• Sabar dan Berharap kepada Allah: Seorang mukmin harus selalu bersabar dalam menunggu jawaban dari Allah SWT. Harapan kepada Allah harus tetap ada, karena Dia adalah Maha Pengasih dan Penyayang.
• Keyakinan pada Kasih Sayang Allah: Kita harus memiliki keyakinan penuh bahwa Allah SWT selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya. Tidak boleh ada keraguan dalam hati kita mengenai kasih sayang dan rahmat Allah. Keyakinan ini akan menumbuhkan ketenangan dan keteguhan hati dalam menghadapi berbagai ujian dan tantangan hidup.
Dengan terus berdoa, tidak berputus asa, dan menaruh harapan serta keyakinan penuh pada kasih sayang Allah SWT, seorang mukmin akan selalu merasakan kedekatan dengan Allah dan mendapatkan kekuatan dalam menghadapi segala situasi. Ini juga mengajarkan bahwa setiap kesulitan dan cobaan yang dihadapi adalah bagian dari rencana Allah yang penuh hikmah dan kebaikan.
Bersabarlah selalu dan jangan gusar! tegarlah dan jangan lari! Bersaudaralah dan jangan bermusuhan !
Nasihat ini menekankan pentingnya sikap sabar, keteguhan hati, serta persaudaraan dalam kehidupan seorang mukmin. Berikut penjelasannya:
1. Bersabarlah selalu dan jangan gusar!:
• Kesabaran: Kesabaran adalah salah satu sifat utama yang harus dimiliki oleh setiap mukmin. Kesabaran mencakup kemampuan untuk menahan diri dalam menghadapi cobaan, kesulitan, dan segala bentuk tantangan hidup. Allah SWT sering menekankan pentingnya sabar dalam Al-Quran, dan menjanjikan pahala besar bagi orang-orang yang sabar.
• Tidak Gusar: Gusar atau gelisah adalah tanda dari ketidaksabaran dan kurangnya kepercayaan kepada ketentuan Allah SWT. Seorang mukmin harus berusaha untuk tetap tenang dan tidak mudah marah atau putus asa ketika menghadapi kesulitan.
2. Tegarlah dan jangan lari!:
• Ketegaran Hati: Teguh dalam iman dan keyakinan adalah sifat penting bagi seorang mukmin. Ketegaran berarti memiliki kekuatan mental dan spiritual untuk tetap berdiri teguh di jalan kebenaran, meskipun menghadapi berbagai tantangan dan rintangan.
• Jangan Lari: Tidak melarikan diri atau menghindari masalah adalah bentuk dari tanggung jawab dan keberanian. Seorang mukmin harus menghadapi masalah dan tantangan dengan keberanian serta keyakinan bahwa Allah SWT selalu bersama orang-orang yang beriman.
3. Bersaudaralah dan jangan bermusuhan!:
• Persaudaraan (Ukhuwwah): Islam sangat menekankan pentingnya persaudaraan di antara sesama Muslim. Ukhuwwah Islamiyah (persaudaraan Islam) adalah salah satu fondasi utama dalam masyarakat Muslim. Ini berarti saling membantu, mendukung, dan mencintai satu sama lain karena Allah SWT.
• Menghindari Permusuhan: Permusuhan dan pertikaian di antara sesama Muslim adalah sesuatu yang sangat dilarang dalam Islam. Allah SWT dan Rasulullah SAW menganjurkan umat Islam untuk saling memaafkan, menjaga perdamaian, dan menyelesaikan perselisihan dengan cara yang baik dan adil.
Dengan bersabar, tetap tegar, dan menjaga persaudaraan, seorang mukmin akan mampu menghadapi berbagai tantangan hidup dengan bijak dan penuh keimanan. Sikap-sikap ini tidak hanya memperkuat hubungan dengan Allah SWT tetapi juga mempererat hubungan dengan sesama manusia, menciptakan masyarakat yang harmonis dan penuh kasih sayang.
Bersatulah bahu-membahu dalam laku ketaatan dan jangan bercerai-berai! Saling mencintailah dan jangan saling benci!
Nasehat ini mengajak umat Islam untuk bersatu dalam kebaikan dan ketaatan serta menghindari perpecahan dan permusuhan. Berikut penjelasan dari nasehat tersebut:
1. Bersatulah bahu-membahu dalam laku ketaatan dan jangan bercerai-berai:
• Kerjasama dalam Ketaatan: Umat Islam dianjurkan untuk saling mendukung dan bekerja sama dalam melakukan ketaatan kepada Allah SWT. Ini mencakup berbagai aspek kehidupan seperti beribadah, melakukan amal saleh, dan menegakkan kebenaran serta keadilan.
• Menghindari Perpecahan: Perpecahan di antara umat Islam dapat melemahkan kekuatan dan persatuan mereka. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga persatuan dan kesatuan dalam berpegang pada ajaran Islam. Perpecahan hanya akan mengakibatkan kelemahan dan menjauhkan umat dari tujuan bersama.
2. Saling mencintailah dan jangan saling benci:
• Cinta Kasih di Antara Sesama Muslim: Islam sangat menekankan pentingnya saling mencintai dan mengasihi antara sesama Muslim. Rasulullah SAW bersabda, "Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri." (HR. Bukhari dan Muslim). Cinta kasih ini harus tercermin dalam sikap saling tolong-menolong, menghormati, dan memaafkan.
• Menghindari Kebencian: Kebencian dan permusuhan di antara sesama Muslim adalah sesuatu yang dilarang. Kebencian dapat merusak hubungan, menciptakan konflik, dan menjauhkan umat dari rahmat Allah SWT. Sebaliknya, Islam mengajarkan untuk saling memaafkan dan berlapang dada.
Dengan bersatu dalam ketaatan dan saling mencintai, umat Islam dapat menciptakan komunitas yang kuat, harmonis, dan penuh berkah. Persatuan dan cinta kasih adalah kunci untuk mencapai keridhaan Allah SWT dan membangun masyarakat yang damai serta sejahtera.
Sucikanlah diri dari keburukan, jangan kau kotori dan nodai diri dengannya! percantiklah diri dengan ketaatan kepada Allah dan jangan pernah kau menjauh dari pintu-pintu Maula junjunganmu!
Nasehat ini menekankan pentingnya menjaga kebersihan jiwa dan memperindah diri dengan ketaatan kepada Allah SWT. Berikut penjelasan dari nasehat tersebut:
1. Sucikanlah diri dari keburukan, jangan kau kotori dan nodai diri dengannya:
• Mensucikan Diri dari Keburukan: Mensucikan diri berarti membersihkan hati, pikiran, dan perbuatan dari segala bentuk dosa, maksiat, dan keburukan. Ini mencakup menjaga diri dari perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT, seperti berbohong, berbuat zalim, iri hati, dan segala tindakan negatif lainnya.
• Menjaga Kesucian Diri: Seorang mukmin harus selalu berusaha untuk menjaga kesucian diri dengan melakukan introspeksi, bertaubat dari kesalahan, dan memperbaiki diri secara terus-menerus. Kebersihan jiwa merupakan kunci untuk meraih kedekatan dengan Allah SWT dan mendapatkan rahmat-Nya.
2. Percantiklah diri dengan ketaatan kepada Allah dan jangan pernah kau menjauh dari pintu-pintu Maula junjunganmu:
• Memperindah Diri dengan Ketaatan: Ketaatan kepada Allah SWT mencakup menjalankan semua perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan berusaha untuk selalu berada dalam jalan yang benar. Amalan-amalan ibadah seperti shalat, puasa, zakat, haji, serta amalan kebaikan lainnya adalah cara untuk memperindah diri di mata Allah.
• Tidak Menjauh dari Pintu-Pintu Allah: Pintu-pintu Allah adalah simbol dari peluang untuk mendekatkan diri kepada-Nya melalui ibadah, doa, dan amal saleh. Seorang mukmin harus selalu berusaha untuk berada dekat dengan Allah, mencari ridha-Nya, dan tidak pernah menjauh dari rahmat serta kasih sayang-Nya.
Dengan menjaga kebersihan diri dari keburukan dan memperindah diri dengan ketaatan, seorang mukmin akan senantiasa berada dalam lindungan dan rahmat Allah SWT. Ini akan membawa kedamaian hati, ketenangan jiwa, dan keberkahan dalam kehidupan. Sebagai hamba yang taat, kita harus selalu berusaha untuk dekat dengan Allah, memohon ampunan-Nya, dan terus meningkatkan kualitas ibadah serta akhlak kita.
Jangan kau berpaling dari sambutan-Nya. Jangan kau tunda-tunda tobat. Nasihat ini menekankan pentingnya untuk segera merespons hidayah dan panggilan Allah SWT serta tidak menunda-nunda taubat. Berikut penjelasan dari nasehat tersebut:
1. Jangan kau berpaling dari sambutan-Nya:
• Merespons Hidayah Allah: Allah SWT sering memberikan tanda, hidayah, dan panggilan kepada hamba-Nya untuk kembali kepada jalan yang benar, baik melalui Al-Quran, hadith, ataupun melalui peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Ketika seseorang merasakan dorongan atau ajakan untuk berbuat kebaikan dan meningkatkan iman, itu adalah bentuk sambutan dari Allah SWT.
• Tidak Berpaling: Berpaling dari sambutan Allah berarti mengabaikan atau menolak hidayah dan ajakan-Nya untuk taat dan mendekat kepada-Nya. Seorang mukmin harus selalu siap dan peka terhadap sambutan dan panggilan Allah, serta berusaha untuk meresponsnya dengan segera.
2. Jangan kau tunda-tunda taubat:
• Segera Bertaubat: Taubat adalah proses memohon ampunan kepada Allah SWT atas dosa dan kesalahan yang telah dilakukan, dengan disertai niat yang tulus untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut. Menunda-nunda taubat adalah tindakan yang berbahaya karena tidak ada yang tahu kapan ajal akan menjemput.
• Pentingnya Kesegeraan dalam Taubat: Allah SWT Maha Pengampun dan selalu membuka pintu taubat bagi hamba-Nya. Namun, kita harus segera memanfaatkan kesempatan ini tanpa menunda, karena penundaan bisa menyebabkan hati menjadi keras dan semakin jauh dari Allah. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama nyawanya belum sampai di tenggorokan." (HR. Tirmidzi).
Dengan tidak berpaling dari sambutan Allah dan segera bertaubat, seorang mukmin menunjukkan keseriusan dalam menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam. Ini juga mencerminkan ketulusan hati dalam mencari ridha Allah dan keinginan untuk selalu berada di jalan yang benar. Mengabaikan sambutan Allah dan menunda taubat hanya akan menjauhkan kita dari rahmat dan ampunan-Nya. Oleh karena itu, penting untuk selalu waspada, introspektif, dan siap untuk memperbaiki diri kapan pun Allah memberi kita kesempatan.
Dan, Jangan pernah bosan untuk memohon maaf dan ampunan pada Penciptamu, siang dan malam.
Nasihat ini menekankan pentingnya terus-menerus memohon maaf dan ampunan kepada Allah SWT, baik siang maupun malam. Berikut penjelasannya:
1. Jangan pernah bosan untuk memohon maaf dan ampunan pada Penciptamu:
• Istighfar dan Taubat: Memohon maaf dan ampunan (istighfar) adalah salah satu ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Setiap mukmin dianjurkan untuk selalu beristighfar dan bertaubat atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Rasulullah SAW sendiri, yang maksum (terjaga dari dosa), selalu beristighfar lebih dari 70 kali sehari sebagai bentuk keteladanan bagi umatnya.
• Kesadaran akan Keterbatasan dan Kelemahan: Manusia adalah makhluk yang penuh dengan kekurangan dan sering melakukan kesalahan. Memohon ampunan kepada Allah SWT menunjukkan kesadaran akan kelemahan dan keterbatasan diri kita serta pengakuan akan kekuasaan dan rahmat Allah yang Maha Pengampun.
2. Siang dan malam:
• Konsistensi dalam Memohon Ampunan: Memohon ampunan tidak dibatasi oleh waktu tertentu. Seorang mukmin dianjurkan untuk selalu memohon ampunan kepada Allah SWT kapan pun dan di mana pun, baik siang maupun malam. Ini menunjukkan kesungguhan dan keikhlasan dalam mencari ridha Allah.
• Memanfaatkan Setiap Kesempatan: Setiap waktu adalah kesempatan berharga untuk mendekatkan diri kepada Allah. Tidak ada waktu yang tidak tepat untuk beristighfar. Bahkan, waktu-waktu tertentu seperti sepertiga malam terakhir memiliki keutamaan yang besar untuk memohon ampunan dan berdoa.
Dengan tidak pernah bosan memohon maaf dan ampunan kepada Allah SWT, seorang mukmin menunjukkan ketulusan hati dan keinginannya untuk selalu berada dalam lindungan dan rahmat-Nya. Ini juga mencerminkan rasa rendah hati dan kesadaran akan pentingnya menjaga hubungan yang baik dengan Sang Pencipta. Terus-menerus beristighfar akan membersihkan hati, mendekatkan kita kepada Allah, dan membawa ketenangan serta keberkahan dalam hidup kita.
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Psikologi Pendidikan Pascasarjana UIT Lirboyo