×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Produktif dengan Teknologi: Ikhtiar Menjemput Rezeki

Kamis, 12 Juni 2025 | 10:40 WIB Last Updated 2025-06-12T03:40:38Z

TintaSiyasi.id -- Merangkai Amal, Meraih Berkah di Era Digital
Mukadimah: Teknologi adalah Amanah
Di tengah derasnya arus zaman, teknologi hadir sebagai alat, bukan musuh. Ia bisa menjadi wasilah (perantara) kemudahan atau justru jebakan kesia-siaan. Bagi seorang mukmin yang cerdas, teknologi bukan untuk dihindari, tetapi dimanfaatkan, untuk menebar manfaat, membangun karya, dan menjemput rezeki yang halal dan penuh berkah.

Dalam Islam, segala sesuatu bisa bernilai ibadah jika diniatkan dengan benar dan digunakan di jalan yang benar. Maka, produktif dengan teknologi bukanlah sekadar tren, tetapi bentuk aktualisasi iman yang matang bahwa dunia ini adalah ladang amal, dan teknologi adalah cangkulnya.

Rezeki Tidak Datang dengan Diam

Allah berfirman:
“Dialah yang menjadikan bumi mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah dari rezeki-Nya.”
(QS. Al-Mulk: 15).

Ayat ini bukan hanya perintah bergerak secara fisik, tetapi juga simbolik. Berkaryalah, berikhtiarlah, dan manfaatkan setiap potensi yang Allah titipkan! Di zaman dahulu, orang berkelana dengan unta dan kapal. Hari ini, kita bisa "berkelana" melalui jaringan internet, sosial media, e-commerce, konten digital, dan berbagai peluang online yang tak terhitung jumlahnya.

Rezeki tetap milik Allah, tetapi cara menjemputnya hari ini bisa lebih luas dan dinamis, dengan tetap menjaga nilai halal, jujur, dan amanah.

Menjadi Hamba yang Cerdas Digital dan Spiritual

Produktif di era teknologi berarti menjadi hamba yang tahu bagaimana menggunakan gadget tanpa diperbudak gadget, yang mampu menebar manfaat di dunia digital tanpa kehilangan nilai akhirat.

Beberapa contoh sederhana:
• Seorang ibu rumah tangga menjual kue buatannya via WhatsApp.
• Seorang pemuda menulis konten dakwah di TikTok.
• Seorang pengusaha kecil membangun toko online dari rumah.
• Seorang pelajar mengajar ngaji online untuk anak-anak TKI di luar negeri.

Semua ini bukan sekadar cari nafkah, tetapi ibadah karena menafkahi diri dan keluarga dengan jalan halal adalah bentuk jihad.

Nabi ﷺ bersabda:
“Sungguh, jika seseorang pergi mencari kayu bakar lalu menjualnya dan memenuhi kebutuhan dirinya adalah lebih baik daripada meminta-minta.”
(HR. Bukhari).

Empat Prinsip Sukses Digital yang Islami

1. Niat yang Benar
Niat adalah fondasi. Rezeki akan membawa berkah jika diniatkan untuk mencari ridha Allah, bukan sekadar kekayaan. Tanpa niat yang lurus, keberhasilan digital hanya akan menghasilkan kebanggaan semu.

2. Ilmu yang Cukup
Jangan asal ikut tren. Pelajari apa yang halal, apa yang haram. Pahami hukum jual beli online, etika digital, dan adab berinteraksi di dunia maya. Gunakan waktu belajar untuk menambah kapasitas.

3. Ketekunan dan Kesabaran
Algoritma digital butuh konsistensi. Seperti menanam pohon, hasilnya tidak instan. Namun, siapa yang sabar, akan panen pada waktunya. Dan ingat, tidak ada rezeki yang sia-sia jika dicari dengan halal.

4. Nilai-nilai Amanah dan Akhlak
Banyak orang berhasil secara teknis, tetapi gagal secara moral. Dalam Islam, keberkahan lebih penting dari sekadar keuntungan. Maka, jadikan kejujuran, pelayanan, dan etika sebagai nilai utama dalam usaha digital.

Hindari Perangkap Dunia Digital

Produktif dengan teknologi bukan berarti larut dalam dunia maya. Kita harus menghindari:
• Kecanduan media sosial tanpa tujuan
• Perbandingan hidup yang membuat iri
• Menunda amal karena sibuk konten
• Melanggar batas syar’i demi popularitas
Rezeki yang berkah adalah rezeki yang tidak membuat hati jauh dari Allah.

Kesimpulan: Digital untuk Dakwah, Dunia untuk Akhirat

Jangan malu menggunakan teknologi untuk menjemput rezeki. Rasulullah ﷺ adalah pedagang sukses yang jujur. Para sahabat adalah pebisnis handal yang bertakwa. Hari ini, ladang rezeki telah bergeser ke layar-layar kecil di genggaman kita. Maka, tanamlah amal di sana.

Gunakan teknologi untuk menguatkan iman. Berjualan, mengajar, menulis, berdakwah, dan berdonasi. Semuanya bisa dilakukan dari ujung jari.

Dan jika hari ini kita belum berhasil, jangan berhenti. Mungkin Allah belum mengabulkan karena Dia ingin kita semakin dekat, semakin tawakal, semakin bersabar. Dan ketika hati sudah siap, rezeki yang datang bukan hanya mencukupi, tetapi menenangkan.

"Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka."
(QS. Ath-Thalaq: 2-3).

Wallahu a’lam. Semoga kita menjadi insan yang melek teknologi, teguh iman, dan terus bergerak menjemput rezeki halal yang berkah. Aamiin.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si
Penulis Buku dan Dosen Pascasarjana  UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update