TintaSiyasi.id -- Menanggapi kasus tambang nikel di beberapa pulau kecil di, Raja Ampat, Direktur Indonesia Justice Monitor Ustaz Agung Wisnuwardana, mengatakan, inilah wajah buruk kapitalisme.
"Inilah wajah buruk kapitalisme tambang. Tambang dibuka di pulau kecil demi pasar global bukan demi rakyat. Negera tunduk pada investasi bukan amanah menjaga bumi dan badan usaha milik negara (BUMN) yang seharusnya menjaga aset rakyat malah jadi perusak pulau kecil demi keuntungan sesaat," paparnya di akun TikTok Agung.wisnuwardana, Selasa (10/6/2025).
Aktivis 98 itu, menjelaskan undang-undang nomor 1 tahun 2014 yang menyatakan bahwa pulau kecil dilarang untuk ditambang karena akan merusak ekosistem justru dilangkahi demi izin yang keluar sebelum Geopark ditetapkan.
Ditambah lagi Raja Ampat sudah ditetapkan UNESCO sebagai Geopark dunia. Dengan adanya tambang di dalam Geopark, ini jelas melukai logika konservasi. Tetapi ironisnya izin tambang PT Gag Nikel dikeluarkan tahun 2017 setelah Presiden Jokowi mengunjungi Raja Ampat tahun 2016.
"Siapa yang berani menjamin bahwa 10 tahun lagi Raja Ampat tidak berubah menjadi gurun nikel?," tukasnya.
Ia menjelaskan bahwa solusinya kembalikan tata kelola sumner daya alam (SDA) sesuai syariah Islam. Tegakkan sistem khilafah yang akan menjaga alam sebagai amanah bukan komoditas.
"Dalam sistem Islam tambang besar seperti nikel ini adalah kepemilikan umum. Harus dikelola oleh negara bukan oleh korporasi dan tentu negara dalam konteks BUMN harus jadi penjaga aset rakyat bukan justru menjadi perusak pulau kecil demi keuntungan sesaat," tambahnya.
Agung menegaskan, bahwa Islam melarang merusak ciptaan Allah seperti pulau-pulau kecil dan kawasan ekologis yang tidak bisa ditambang hanya demi ekspor ke Tiongkok atau ke Eropa.
"Dalam khilafah tidak ada kompromi dengan pasar bebas tambang dikelola negara untuk mencukupi kebutuhan rakyat bukan dibagi-bagi lewat izin usaha pertambangan," tegasnya.
"Kalau dibiarkan kapitalisme menjadi sistem yang mengatur kehidupan, jangan kaget kalau anak cucu nanti hanya bisa melihat keindahan Raja Ampat lewat foto. Saatnya bicara solusi hakiki, saatnya Islam memimpin tata kelola bumi dan ekosistem kita," pungkasnya.[] Alfia Purwanti