×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Kapitalisme Lahirkan Manusia Rakus yang Merusak Alam

Jumat, 13 Juni 2025 | 13:58 WIB Last Updated 2025-06-13T06:59:26Z
TintaSiyasi.id -- Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa Dr. Ahmad Sastra, mengungkapkan kapitalisme melahirkan manusia-manusia rakus dan serakah yang merusak alam demi perutnya sendiri.

"Kapitalisme melahirkan manusia-manusia rakus dan serakah yang merusak alam demi perutnya sendiri," ungkapnya yang dikutip TintaSiyasi.id, Selasa (10/6/2025).

Kerusakan ekologis akibat keserakahan manusia kata Ahmad adalah masalah yang sangat nyata dan mendalam. Keserakahan ini muncul ketika manusia mengejar keuntungan ekonomi dan kenyamanan hidup tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap alam.

Kapitalisme mendorong perusahaan untuk mengambil sumber daya alam sebanyak mungkin demi menekan biaya dan meningkatkan profit. Hutan ditebang, tambang dibuka, laut dijarah tanpa memikirkan dampak jangka panjang. Kapitalisme adalah kandangnya para garong serakah dan rakus.

Selain itu, lanjut dia, kapitalisme menciptakan budaya konsumsi berlebihan (konsumerisme). Produksi barang terus meningkat, limbah bertambah, penggunaan energi dan bahan baku melonjak, polusi dan krisis iklim. Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang disorientasi, karena bersifat materialism. Tuhannya kapitalisme adalah uang.

Oleh karena itu, kapitalisme ada dan para garong serakah, alam tidak dilihat sebagai sesuatu yang harus dijaga, tetapi sebagai komoditas untuk dijual dan dimanfaatkan. Hutan dianggap sebagai "lahan kosong", sungai hanya dilihat dari potensi industrinya, bukan fungsi ekologisnya.

"Dalam kapitalisme, selama suatu aktivitas menghasilkan uang dan dianggap legal, maka kerusakan lingkungan bisa dibenarkan secara hukum atau dibatasi sebatas denda. Negara-negara maju memindahkan industri kotor ke negara berkembang demi menekan biaya produksi. Negara miskin menanggung beban polusi dan eksploitasi, padahal mereka bukan penyebab utamanya," paparnya. 

Saat ini, ia menjelaskan, Indonesia adalah negara dengan sistem ekonomi kapitalisme, meski para pejabat teriak pancasila jutaan kali sekalipun. Kapitalisme adalah sistem ekonomi nirketuhanan, nirkeadilan, nirkemanusiaan, niradab dan nirkerakyatan. Kapitalisme adalah sumber kerusakan suatu negeri, khususnya Indonesia.

Penerapan sistem ekonomi kapitalisme adalah kerusakan manusia dan kemanusiaan, bahkan kerusakan ekologis. Kerusakan ekologis dapat menimbulkan berbagai akibat buruk yang serius bagi lingkungan, manusia, dan makhluk hidup lainnya.

"Kerusakan ekologi adalah kerusakan lingkungan, ekosistem, tumbuhan, ekosistem hewan, pencemaran air dan udara. Eksploitasi sumber daya alam demi pemenuhan hasrat hidup manusia telah menimbulkan dampak buruk berupa kerusakan ekologi," terangnya.

Diantara bentuk kerusakan ekologis akibat manusia-manusia terlaknat rakus adalah peningkatan emisi gas rumah kaca (CO₂, metana) memperparah pemanasan global. Terjadinya cuaca ekstrem: badai, kekeringan, banjir, dan gelombang panas. Habitat alami yang rusak menyebabkan banyak spesies kehilangan tempat hidup dan makanan. Mengganggu rantai makanan dan keseimbangan ekosistem.

Selanjutnya, ia menambahkan, kerusakan ekologis juga bisa berupa pencemaran sungai, danau, dan sumber air tanah oleh limbah industri dan domestik. Penggundulan hutan merusak siklus air alami. Erosi tanah dan penurunan kesuburan akibat deforestasi dan penggunaan pestisida berlebih. Mengurangi hasil pertanian dan mengancam ketahanan pangan.

"Gangguan kesehatan manusia juga bisa terjadi akibat kerusakan lingkungan. Pencemaran udara, air, dan tanah memicu berbagai penyakit seperti gangguan pernapasan, kanker, dan gangguan kulit. Munculnya penyakit baru akibat interaksi manusia yang lebih dekat dengan hewan liar," terangnya.

Selain itu, ia menambahkan, kerusakan ekologi juga bisa menyebabkan terjadinya bencana alam. Deforestasi meningkatkan risiko tanah longsor dan banjir. Terumbu karang yang rusak membuat garis pantai lebih rentan terhadap tsunami dan abrasi. Eksploitasi berlebihan menyebabkan kelangkaan sumber daya seperti kayu, ikan, dan bahan tambang. Dampak ekonomi negatif, terutama bagi masyarakat yang bergantung pada alam.

"Tak hanya sampai disini, krisis ekologis bisa memicu migrasi besar-besaran (pengungsi iklim). Perebutan sumber daya yang semakin langka dapat menimbulkan konflik sosial dan politik," pungkasnya. [] Alfia Purwanti

Opini

×
Berita Terbaru Update