×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Muslihat Konsumerisme di Sistem Sekularisme Kapitalisme

Kamis, 01 Mei 2025 | 08:39 WIB Last Updated 2025-05-01T01:39:46Z

Tintasiyasi.id.com -- Maraknya pengangguran tentunya sangat berdampak bagi perekonomian saat ini, berbagai daerah di Indonesia termasuk DKI Jakarta mengalami penurunan daya beli masyarakat. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya seperti PHK, harga-harga yang meroket, dan tentunya beban utang yang meningkat, termasuk juga melemahnya ekonomi secara global.

Hal inilah yang menyebabkan seseorang akhrinya ingin mencari kemudahan untuk mendapatkan kebutuhan dengan mudah. Semakin banyak aplikasi yang memudahkan masyarakat untuk membeli tanpa harus mempunyai uang sudah merusak daya pikir seseorang.

Kebutuhan primer bukan menjadi hal yang pokok untuk saat ini namun fashion dan gaya hidup adakalanya menjadi prioritas utama demi menunjang penampilan bukan semata karena urusan perut.

Utang masyarakat Indonesia sudah dicatat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Februari 2025 melalui layanan Buy Now Later (BNPL) atau sering disebut PayLater di sektor perbankan menyentuh angka Rp 21,98 triliun.

Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar menyampaikan mengenai stabilitas sektor jasa keuangan tetap terjaga walaupun di tengah ekonomi global (liputan6.com, 11/04/2025).

Dari sini kita dapat menilai bahwa pemerintah seharusya bukan memberikan kemudahan dengan cara memudahkan pinjaman atau kredit kepada rakyat tetapi memberikan solusi terbaik yang tidak menyengsarakan kehidupannya.

Daya beli masyarakat menurun hal ini disampaikan Rahmatsyah Fungsional Penyuluh Disperindagkop UKM kota Lhokseumawe, bahwa para pedagang di pasar impres mengeluhkan daya beli masyarakat berkurang karena belum optimal perekonomian pasca lebaran setelah banyak pengeluaran di hari raya (rri.co.id, 10/04/2025).

Kesulitan ekonomi segala cara dapat digunakan untuk memanfaatkan fasilitas apa saja termasuk paylater (pembayaran nanti) asal kebutuhan dapat terpenuhi untuk belanja. Dengan kemudahan online semua transaksi dapat dilakukan dengan cara berutang.

Penerapan sistem kapitalisme berakibat pada budaya konsumerisme karena standar kebahagian hanya dapat diukur dengan materi. Untuk meningkatkan status sosial dan mengikuti trend merupakan hal yang utama karena hal ini diberikan kemudahan dengan paylater.

Sudah sangat jelas bahwa paylater yang digunakan saat ini penuh dengan riba dan hukumnya haram, bukan solusi yang diberikan untuk meringankan beban rakyat justru hanya menambah masalah dan dosa, hidup akan jauh dari keberkahan.

Dalam Islam sudah tidak ada hal-hal yang akan menjerumuskan umat dalam riba, semua celah akan ditutup. Pemimpin mempunyai kewajiban untuk mensejahterakan umat sehingga tidak ada lagi utang piutang berkedok riba, karena apa yang kita lakukan akan dihisab serta mempertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.

Memberikan kesadaran pada umat salah satu bentuk ketakwaan kita untuk mendapatkan rida dari sang Khalik. Tujuan ekonomi dalam Islam adalah menjamin kesejahteraan umat, karena dalam sistem ekonomi Islam hal yang utama adalah mewujudkan taraf hidup rakyat lebih sejahtera. Dalam naungan khilafah semua praktik ribawi ditiadakan agar rakyat tidak mendekati hal-hal yang sudah diharamkan oleh Allah SWT.[]

Oleh: Ariyana
(Aktivis Muslimah)

Opini

×
Berita Terbaru Update